Kamis 03 Mar 2016 14:00 WIB

Gempa Bukan di Zona Megathrust

Red:
Pantauan udara menggunakan Pesawat Pengintai TNI AU Boeing 737-200 di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Kamis (3/3). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pantauan udara menggunakan Pesawat Pengintai TNI AU Boeing 737-200 di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Kamis (3/3). (Republika/Agung Supriyanto)

JAKARTA -- Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter (SR) mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Rabu (2/3) malam. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, gempa terjadi sekitar pukul 19:49:47 WIB. Kekuatan gempa ini sempat direvisi dari sebelumnya 8,3 SR.

Melalui akun Twitter-nya, BMKG menyatakan, gempa berpusat di 5,16 derajat lintang selatan dan 94,05 bujur timur, sekitar 682 km arah barat daya Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Getaran gempa terasa hingga seribuan kilometer dari pusat gempa, yakni Jakarta dan sekitarnya. Dalam keterangannya, BMKG mengungkapkan, gempa berada di kedalaman 10 kilometer dan berpotensi tsunami.

BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami pascagempa untuk daerah Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh, Bengkulu, dan Lampung. Namun, sejam setelah gempa, peringatan tsunami dinyatakan berakhir alias tak terjadi tsunami seperti yang diprediksi.

Staf Ahli Kebencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, memastikan, gempa di Mentawai tidak berpotensi tsunami. "Gempa ini kemungkinan tidak akan menghasilkan gelombang tsunami," kata Surono kepada Republika.

Gempa tersebut terjadi di lempeng oseanik dengan mekanisme sesar geser. Gempa terjadi karena pergeseran dasar laut yang memiliki arah horisontal, bukan vertikal. Kondisi tersebut menyebabkan kecilnya kemungkinan terjadi tsunami.

Pernyataan serupa disampaikan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sumatra Barat Ade Edward. Ia memastikan, gempa tak berpotensi tsunami karena gempa tak dipicu oleh patahan megathrust. Patahan megathrust merupakan zona tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Euroasia.

Ia menjelaskan, gempa terjadi di inspector fault zone. Jauhnya sekitar 800 kilometer dan berlokasi di Samudra Hindia. Berdasarkan data Pusdalop Sumbar, jarak dari titik gempa ke Kepulauan Mentawai sejauh 627,85 kilometer dan tidak berada di posisi zona megathrust. Sumber gempa berasal dari sistem patahan ninety east ridges Samudra Hindia.

Gempa ini mirip gempa yang terjadi di Simeulue pada 11 April 2012, pada sistem patahan yang sama. Dengan kondisi serupa, tsunami pun tak terjadi. "Warning sudah dicabut, Insya Allah aman. Sudah lewat satu jam, aman," kata Ade kepada Republika.

Namun, gempa Mentawai ini membuat warga di Kecamatan Siberut Selatan berlarian ke Bukit Muara Siberut. "Guncangan sangat terasa. Kami semua lari ke shelter di tower Muara Siberut," kata warga Siberut Selatan, Pinda Tangkas Simanjuntak. Ia tidak mengetahui pasti kerusakan bangunan di Kecamatan Siberut Selatan.

Ribuan warga Kota Padang kemarin malam menuju ke lokasi yang lebih tinggi untuk mengantisipasi terjadinya tsunami. Fathul Abdi, warga Kota Padang, mengungkapkan, jalan di daerah Sawahan menuju By Pass telah dipadati warga.

"Bukan hanya dengan sepeda motor, mobil, warga juga terlihat ada yang berjalan kaki. Dari Sawahan menuju By Pass sudah padat," ujar Fathul. Bahkan, sejumlah warga juga terlihat membawa tas berisi pakaian.

Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit meminta masyarakat tidak panik. "Yang penting kita sudah berada di tempat yang aman dan saya meminta agar kita semua tetap tenang," katanya.

Lebih dari 100 warga mengungsi ke shelter escape building di kantor gubernur Sumatra Barat. Nasrul meminta masyarakat Sumatra Barat, khususnya Kota Padang, agar mengikuti seluruh instruksi pihak terkait, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan kepolisian.

Ribuan warga Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, mencari daerah yang lebih aman setelah gempa. Kepala BPBD setempat Bambang Warsito di Lubuk Basung mengatakan, warga Nagari Tiku Utara, Tiku Selatan, dan Tiku Lima Jorong sempat mengungsi ke daerah dataran tinggi di daerah itu yang berjarak 5-10 kilometer. Hingga kemarin malam, ada warga yang sudah pulang dan ada pula yang masih bertahan.

Sedangkan, warga di pesisir Kota Bengkulu masih siaga pascagempa Mentawai kemarin malam. Refli, warga Kelurahan Pasar Bengkulu, menginstruksikan seluruh anggota keluarganya mempersiapkan diri selama peringatan tsunami belum dicabut.

Warga lainnya, Dewa, mengatakan, meski getaran gempa tidak terasa di Kota Bengkulu, peringatan tsunami dari BMKG cukup membuat warga cemas. Kepala BPBD Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, Ramdani, mengingatkan warga untuk tetap waspada terhadap gempa yang berpotensi tsunami. rep: Umi Nur Fadhilah antara ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement