Jumat 03 Jul 2015 14:57 WIB

Mesin Pesawat tak Beres

Red: operator
Sejumlah prajurit TNI AU bersiap menurunkan peti jenazah salah satu korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 di Medan, Letda Kal Agus Sriyadi, saat acara pemakaman secara militer di Taman Makam Bahagia TNI Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (2/7
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Sejumlah prajurit TNI AU bersiap menurunkan peti jenazah salah satu korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 di Medan, Letda Kal Agus Sriyadi, saat acara pemakaman secara militer di Taman Makam Bahagia TNI Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (2/7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pencari Data TNI AU menyatakan telah menyelesaikan pengumpulan data awal kecelakaan pesawat Hercules C-130 A-1310 di Medan, Sumatra Utara, pada Selasa (30/6) lalu. Kesimpulan sementara, menurut Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Agus Supriatna, pesawat jatuh karena menabrak menara antena selepas salah satu mesin mati.

“Dilihat dari propeller (alat penggerak mekanik/baling-baling) yang mati, bisa diduga ada yang tidak beres dengan mesin. Propeller kan fungsinya sebagai penggerak mesin,” kata Agus ketika dihubungi Republika, Kamis (2/7). Mesin yang rusak itu, menurutnya, terletak di sayap kanan pesawat. Pesawat Hercules yang jatuh kemarin memiliki empat baling-baling, masing-masing dua di sayap kanan dan kiri.

KSAU menerangkan, sang pilot Kapten Penerbang Sandy Permana sempat meminta kembali ke pangkalan (RTB) tak lama selepas pesawat tinggal landas. Hal itu, menurut KSAU, menandakan Kapten Sandy telah mengetahui ada kerusakan mesin.

Setelah permintaan itu, pesawat terlihat berbelok ke arah kanan. Saat berbelok ke arah kanan, kata KSAU, pesawat kemudian menabrak antena yang terpasang di atap salah satu gedung di kompleks sekolah Bethany di Jalan Jamin Ginting.

Tanpa insiden tabrakan dengan antena itu, menurut KSAU, kecelakaan masih bisa dihindari. Pilot pesawat TNI AU, kata KSAU, biasanya mampu bermanuver mendaratkan pesawat jika salah satu mesin mati.

Meski sudah ada kesimpulan sementara, KSAU menegaskan investigasi lebih lanjut masih dibutuhkan. Ia tak menutup kemungkinan terjadi kerusakan mesin lain pada pesawat yang jatuh tersebut.

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, Mabes TNI telah mengirimkan tim secara khusus ke Medan untuk melakukan investigasi. Ia memperkirakan, butuh waktu kurang lebih selama dua pekan untuk bisa menyelesaikan proses investigasi itu.

Panglima TNI juga mengakui, alat utama sistem senjata (alutsista), khususnya alat angkut udara milik TNI, kebanyakan sudah tua. Sejauh ini, TNI hanya mengandalkan prajurit-prajurit di lapangan untuk memelihara dan memaksimalkan penggunaan pesawat-pesawat tersebut.

Salah satu armada uzur tersebut, kata Moeldoko, adalah pesawat Hercules C-130 A-1310 yang jatuh di Medan. Pesawat itu adalah satu dari delapan pesawat Hercules buatan tahun 1960 yang mulai digunakan pada 1964. Kemudian, ada pula pesawat Hercules buatan tahun 1978 yang jumlahnya mencapai 12 pesawat. Sedangkan, yang dibuat tahun 1980-an sekitar enam pesawat.

Terkait kelayakan terbang Hercules C-130 A-1310, Moeldoko mengungkapkan, pesawat itu mulanya adalah pesawat tanker yang dikhususkan menjadi penyedia bahan bakar di udara.  Namun, karena sudah tidak digunakan, fungsinya diubah.

Alhasil, hitungan jam terbang pesawat itu juga berubah. “Sehingga kalau dilihat hitungan kilometernya, masih muda jam terbangnya. Jadi dari hitungan itu, masih layak terbang,'' ujar Moeldoko.

Panglima TNI mengungkapkan, TNI sudah menyusun rencana strategis (renstra) pemeliharaan dan perbaikan untuk semua jenis alutsista. Renstra ini termasuk ke dalam renstra tahap ketiga pemenuhan minimum essential force (MEF) atau standar minimum kekuatan TNI AU pada 2015-2019.

Moeldoko mengakui, berdasarkan hasil penyusunan, anggaran yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan alutsista itu cukup besar. “Bahkan, tidak kalah besar dengan pembelian alutsista yang baru,'' kata Moeldoko.

Moeldoko menyebut, sudah ada kucuran dana sekitar Rp 101 triliun untuk kebutuhan operasional TNI tahun depan. Dana itu akan dibagi-bagikan antara lima unit organisasi TNI.

Pascainsiden jatuhnya pesawat Hercules di Medan, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjanjikan penambahan dana alutsista TNI pada APBN 2016. Kendati demikian, penambahan dan modernisasi alutsista milik TNI akan dilakukan sesuai dengan anggaran yang dimiliki pemerintah. "Iya, tentu sesuai anggaran. Kan kalau kita tidak bisa langsung kasih. Ya, tergantung kekuatan anggaran negara," ujar Kalla. rep: Mas Alamil Huda, Reja Irfa Widodo c36/Dessy Suciati Saputri ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement