Jumat 20 Feb 2015 14:00 WIB

Hangatnya Silaturahim Imlek di Masjid Cheng Ho

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

MAKASSAR -- Keramaian menjelma di Masjid Cheng Ho, Makassar, Rabu (18/2). Sekitar 100 Muslim Tionghoa berhimpun di halaman masjid, memaknai datangnya tahun baru Cina 2015 atau Imlek 2566, menjalin silaturahim.

Ketua DPW Persatuan Islam Tionghoa Sulawesi Selatan Kwan John Adam FM mengatakan, setiap tahun semakin banyak yang ikut acara ini. Ia berharap, Muslim Tionghoa dapat terus merayakan pergantian tahun ini dengan penuh kebahagiaan.

Tak hanya itu, ia memandang, merayakan Imlek di masjid juga mempunyai manfaat tersendiri. ‘’Insya Allah di masjid ini kita bisa jadikan sebagai tempat syiar. Lewat acara ini kami juga saling berbagi,’’ kata Kwan, Rabu (18/2).

Masjid Cheng Ho Makassar adalah bangunan yang unik. Masjid yang didominasi warna merah ini memiliki arsitektur campuran khas Tionghoa dan Islam. Penanda bangunan masjid adalah sebuah kubah besar berwarna hijau di tengah bangunan. Sementara, menara masjidnya dibangun dengan nuansa khas Tionghoa, yakni di bagian ujung atap melengkung ke atas. Masjid ini mampu menampung sekitar 600 jamaah.

Ketua Umum Perayaan Imlek 2015 Yongris menjelaskan, panitia telah menyiapkan banyak kegiatan dalam merayakan Imlek. Salah satunya, acara rutin setiap tahun sebagai temu hati seluruh warga Tionghoa yang ada di Makassar. Acara ini digelar pada Ahad (22/2) mendatang.

Selain itu, Yongris akan menyelenggarakan dialog kebangsaan dengan mendatangkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Dalam acara ini juga hadir Ustaz Anton Medan. ‘’Tujuan kami agar Imlek menjadi momen interaksi sosial dan budaya,’’ ujarnya.

Dekat

Wisatawan asal Cina terlihat ramai menikmati liburan Imlek di Bali. Hal itu terlihat di Vihara Satya Dharma, Denpasar, vihara terbesar di Bali, Kamis (19/2). Mereka mulai memadati vihara sejak pagi hari.

Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menuturkan, Bali memiliki kedekatan secara psikologis dengan Cina sehingga keduanya bisa dianggap keluarga.

Hal itu dibuktikan dengan adanya cerita tentang kerajaan yang dipimpin Raja Jaya Pangus, salah seorang raja di Bali, yang memiliki permaisuri bernama Kang Cing Wi. Penggunaan uang kepeng dan hio pada setiap upacara keagamaan di Bali, kata dia, merupakan pengaruh budaya Cina.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Ngurah Wijaya sudah memproyeksikan Bali akan ramai dengan wisatawan asal Cina. ‘’Kedatangan mereka dalam rangka liburan Imlek setiap tahunnya rata-rata meningkat 12 persen," katanya.

Menurutnya, wisawatawan Cina berpotensi mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Bali yang ditargetkan mencapai empat juta orang tahun ini. Namun, Ngurah Wijaya mengungkapkan, wisatawan Cina termasuk dalam kategori mass tourism.

Mereka belum masuk golongan medium atau high tourism. Ia mengatakan, ini terlihat dari rata-rata pengeluaran mereka selama berwisata yang masih di bawah 100 dolar AS dengan masa tinggal dua sampai tiga hari.

Perayaan Imlek 2566 di Bali juga terlihat di sejumlah pusat perbelanjaan. Di Mal Bali Galeria, misalnya, panitia mengadakan fashion show busana Imlek khusus anak-anak balita yang mulai digelar pukul 15.00 WITA.

Pusat keramaian itu dipenuhi pengunjung yang rata-rata mengenakan kostum merah dan kuning emas, warna khas Imlek.

Di Kota Bandar Lampung, Imlek dimeriahkan atraksi barongsai dalam kemasan pesta rakyat. Kegiatan ini berlangsung di depan Vihara Thay Hin Bio, Telukbetung, Bandar Lampung, Rabu (18/2) malam. ‘’Ini hiburan gratis,’’ kata Gandi, warga Telukbetung.

Selain suguhan atraksi barongsai, sejumlah warga Tionghoa yang merayakan Imlek membagikan angpao kepada warga yang datang sebagai tanda terima kasih. Angpao berupa amplop merah berisi uang pecahan Rp 5.000, Rp 10 ribu, dan Rp 20 ribu.

Menyambut perayaan tahun kambing kayu, sejumlah vihara di Palembang, Sumatra Selatan, dihiasi ribuan pelita dan lilin, salah satunya di Vihara Dharmakirti. Ribuan warga Tionghoa mendatangi dan memberikan lilin tersebut untuk vihara.

Suasana meriah juga terlihat di Vihara Chandra Nadi atau Soei Goeat Kiong yang terletak di kawasan 10 Ulu, Palembang. Warga Tionghoa mendatangi vihara tertua di Palembang yang berdiri sejak tahun 1733 tersebut sejak Rabu malam hingga Kamis pagi.

Warga Tionghoa di Kota Bandung, Jawa Barat, menyemarakkan perayaan Imlek dengan menyalakan 400 lilin tepat pukul 24.00 WIB, Kamis (19/2). Ini dilakukan di Vihara Dharma Ramsi, Cibadak, Kota Bandung.

Lilin dalam beragam ukuran itu akan menyala terus hingga 15 hari mendatang atau bertepatan dengan Cap Gomeh. ‘’Sampai perayaan Cap Gomeh. Itu sudah budayanya. Jadi, lilin nyala baru dimatikan setelah 15 hari," ujar pengurus Vihara Dharma Ramsi, Subuan.

Pada malam perayaan Imlek, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil turut memantau suasana dengan mendatangi beberapa vihara di kawasan Cibadak. Kehadiran Wali Kota langsung disambut dengan penampilan kesenian barongsai.

Pada kesempatan itu, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, menyampaikan ucapan selamat Imlek. ‘’Semoga warga Bandung yang melakukan tradisinya bergembira. Mudah-mudahan semangat tahun barunya membawa Bandung lebih berkah, banyak kebaikan di kota ini," ujarnya.

Ia pun meminta agar semangat toleransi di Kota Bandung tetap terjaga, termasuk dalam perayaan Imlek tersebut. Menurut dia, Bandung itu lahir dari keragaman dan keragaman ini wajib dipertahankan. n  ahmab baraas/mursalin yasland/maspril aries/c63 ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement