Jumat 08 Aug 2014 12:00 WIB

Pariwisata Israel Rugi Belasan Triliun Rupiah

Red:
Warga Gaza, Rabu(6/8),berjalan di antara reruntuhan puing bangunan di Shujaiya yang di bombardir militer Israel.
Warga Gaza, Rabu(6/8),berjalan di antara reruntuhan puing bangunan di Shujaiya yang di bombardir militer Israel.

NAZARETH -- Agresi militer Israel ke Jalur Gaza merugikan warganya sendiri. Sejak militer Israel membombardir Gaza, kehidupan warga Israel terguncang.

"Kondisi saat ini sungguh rumit. Kami tidak pernah melihat yang seperti ini pada tahun sebelumnya," ujar Souhel Farran, warga Israel yang tinggal di Nazareth, seperti dikutip Haaretz, Kamis (7/8).

Pria yang membuka restoran itu mengungkapkan, kebanyakan warga Israel memilih melihat siaran televisi mencari tahu kabar terbaru agresi ketimbang mengurus usahanya. Padahal, Nazareth merupakan salah satu kota Israel yang menjadi tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara. Biasanya, Nazareth penuh sesak dengan wisatawan dan peziarah yang berkunjung ke situs keagamaan.

Menurut Farran, kini Nazareth bak kota tanpa tanda kehidupan. Kafe-kafe yang mengelilingi alun-alun kota sepi, bahkan sebagiannya kosong. Barisan panjang peziarah yang biasanya terlihat di depan pintu masuk situs Kristen kini menghilang. "Usaha milik Yahudi, terutama yang dekat dan berada dalam jangkauan roket Hamas pasti telah pindah. Tetapi, hal paling brutal terasa ketika para warga Arab yang berdiam di sini memboikot produk-produk Yahudi," kata Farran.

Wakil Direktur Eksekutif Sikkuy Jabir Asaqla menambahkan, faktor lain yang membuat warga Israel menderita adalah seruan Menlu Israel Avigdor Lieberman untuk memboikot bisnis Arab. Haaretz melansir, berdasarkan data Middle East Monitor, sekitar 70 persen lembaga, pabrik, dan peternakan di Israel berhenti beroperasi. Kerugian akibat setop operasi ini mencapai 950 juta dolar AS atau setara Rp 11,2 triliun.

Angka itu belum memasukkan kerugian di sektor perhotelan 99 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,1 triliun dari wisatawan asing yang membatalkan perjalanan ke Israel. Ada pula kerugian 25 juta dolar AS atau setara Rp 300 miliar dari wisatawan lokal.

Hareetz melaporkan, roket pejuang Hamas berimplikasi besar pada perekonomian Israel. Para pengusaha memindahkan bisnis dan proyek mereka ke daerah utara Israel yang lebih aman dari jangkauan roket pejuang Palestina.

Roket-roket Hamas juga membuat banyak warga Israel mengungsi ke wilayah lain. Padahal, Biro Pusat Statistik Israel mengungkapkan, wilayah selatan Israel berkontribusi 10 persen pada perekonomian nasional, dan delapan persen dari total ekspor negara Zionis itu.

Haaretz juga melaporkan, hampir 30 persen pekerja di pusat kota Israel bekerja di pabrik di dalam tempat penampungan khusus untuk masa perang. Namun, karena lingkungan kerja yang tak sesuai, menyebabkan kapasitas produksinya berkurang 40 persen.

Akibatnya, sejumlah pemilik pabrik dan peternakan menuntut kompensasi dari Departemen Keuangan atas kerugian yang diderita. Menteri Keuangan Israel Yair Lapid mengatakan, pemerintah akan memberi kompensasi kepada semua warga yang terdampak agresi ke Gaza.

Krisis air bersih

Di Jalur Gaza, lebih dari 70 persen warga kini tak memiliki akses terhadap sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Kepala Badan Air Palestina mengatakan, warga Gaza sangat menderita lantaran kekurangan air bersih.

 

Situasi Gaza saat ini bak kota tertimpa bencana setelah akibat gempuran Israel sejak 8 Juli 2014. Menurut Middle East Monitor, 70 persen lebih jaringan pipa air telah rusak dan sekitar 1,8 juta warga Palestina di Gaza bertahan hidup dengan bergantung pada 30 persen dari kapasitas air yang ada.

Kondisi ini diperparah beberapa sumur tercampur air limbah. Kotoran mengalir ke laut tanpa adanya penyaringan karena keruskan pipa terhantam rudal militer Israel. Kebutuhan yang sangat mendesaak bagi warga Gaza saat ini adalah tanker yang besar untuk mendistribusikan air bersih. Di Rafah, selatan Gaza, jenazah warga mulai dimakamkan setelah menumpuk tak terurus sejumlah rumah sakit Gaza.

Juru Bicara militer Israel Avichay Adraee menyatakan, Israel telah menggunakan 27 ribu tentara cadangannya dalam agresi ke Gaza. Gempuran Israel berhenti ketika gencatan senjata selama 72 jam disepakati dan mulai berlaku Selasa (5/8) pukul 08.00. Israel menarik serdadunya dari wilayah perbatasan Gaza.

 

Gencatan senjata

Delegasi Palestina dan Israel sedang bertemu di Kairo guna membahas gencatan senjata permanen. Seorang pejabat Israel sempat mengatakan telah terjadi kesepakatan perpanjangan gencatan senjata dengan faksi Palestina. Namun, Hamas membantahnya. "Tidak ada kesepakatan untuk memperpanjang jeda gencatan senjata dengan Israel," kata Juru Bicara Hamas Moussa Abu Marzouq dalam status akun Twitter-nya.

Seorang pejabat pemerintahan Gaza, Montasser Shehadah, mengatakan, kendati dalam kondisi gencatan senjata, serdadu Israel tetap menyerang timur Gaza pada hari kedua gencatan senjata.  rep:c64/c66/ap/reuters ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement