Sabtu 26 Jul 2014 11:30 WIB

Pemilu Kali Ini menegangkan

Red: operator

Ada rutinitas Jusuf Kalla (JK) yang sukar digugat pada pagi hari. Ia biasa memulai hari dengan membaca sekira 10 ek sem plar koran."Saya membaca semua laporan, update semua data, apa masalah pemerintahan ini, dan bagaimana menghadapi nya," kata JK.

Ketika disambangi Republika di kediamannya di Darmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (25/7), ia sedang di pengujung rutinitas tersebut.

Ada semacam gairah baru pada JK, selepas pengumuman pemenang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres)

2014. Ia bicaranya penuh semangat. Berikut petikan wawancaranya dengan Republika.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/ Yasin Habibi

Muhammad Jusuf Kalla

Menurut Anda, apa kunci kemenangan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-JK?

Sejak awal, kita sudah perhatikan survei yang beredar. Jokowi memang punya potensi untuk menang bila mencalonkan diri dalam Pilpres 2014. Sebenarnya kunci kemenangan itu ada tiga:

dikenal, disukai, dan dipilih. Kalau poin dikenal, dia sudah pasti banyak orang kenal.

Lalu, disukai masyarakat dan ke mungkinannya besar untuk dipilih. Na mun dalam kompetisi, ada persaingan ketat. Itu terlihat saat masa kampanye. Dari sana terlihat ke cenderungan masya rakat terhadap Jokowi mulai menurun. Kampanye hitam sangat masif.

Mereka sulit menemukan negatif kandidat Jokowi-JK, apakah pernah ko rupsi, pelanggaran HAM, kantidak ada. Tim bullah kam panye hitam yang luar biasa masif, kita tak menduga semasif itu.Sedangkan, kami menyerang Pra bowoHatta dengan dugaan kasus pe lang garan HAMnya. Jadi, selama kam panye kemarin, kami berdua sama-sama sibuk klarifikasi serangan.

Kampanye seolah beralih, bukan lagi soal penyampaian program serta visi-misi, tapi juga pembelaan atas pernyata an-pernyataan lawan.

Makanya, isi pidato saya kemarin hanya soal Jokowi adalah Islam yang baik, kita tak akan hilangkan sertifikasi guru, dan lain-lain.

Kalau dilihat 60-70 persen kampanye Jokowi-JK larinya ke pesantren karena mereka yang paling terkena dampak dari serangan black campaign itu. Selama tiga pekan terjadi seperti itu. Kampanye positif tak jalan kecuali di dalam debat.

Elektabilitas Jokowi-JK nyaris terkejar dalam survei men jelang pen coblosan. Apa yang membalikkan ke adaan?

Sebenarnya pada pekan keempat, selisih antara kedua pasangan calon sangat tipis, bahkan di bawah satu persen.

Namun di akhir masa kampanye, ada titik di mana kita bisa mendulang dukungan lebih banyak karena kesalahan Prabowo-Hatta.

Pertama, karena konser dua jari Jokowi-JK di Gelora Bung Karno. Generasi muda tiba-tiba beralih, pemilih pemula menentukan pilihannya.

Kedua, dalam debat capres ketika Hatta Rajasa keliru menyebut Kal pataru. Itulah bedanya debat akade mis dan politik. Kalau debat aka demis cari kebenaran, tapi politik cari kesalahan lawan, apalagi jelang pemilu. Ketiga, pernyataan `sinting' Fahri Hamzah.Itu seperti gol bunuh diri.Bah kan, pertama kalinya kantor PKS didemo para san tri, mereka marah.

Keempat, dalam bentuk klarifikasi terakhir, yakni umrah Jokowi. Dampaknya besar karena publik melihat apa yang ditudingkan selama masa kampanye justru bertolak bela kang dengan fakta. Kelima adalah sembilan program nyata Jokowi-JK diekspose besar-besaran. Itu meng ubah di pekan terakhir.

Bagaimana cerita di balik Kon ser Sa lam Dua Jari tersebut?

Ide untuk konser itu hanya tiga hari sebelum masa kampanye ber akhir. Abdi (personel grup band Slank) yang punya ide untuk melangsungkan acara tersebut.

Saya kira itu adalah konser megah paling murah yang pernah ada. Saya tanya sama bagian keuangan, kita hanya menghabiskan dana di bawah Rp 1 miliar untuk menyelenggarakannya. Keperluannya ha nya sebatas alat-alat panggung. Semua artis yang hadir di sana gratis, tidak dipungut biaya.

Anak muda juga banyak yang datang, mereka yang belum tentukan pilihan, mulai tertarik dengan Jokowi-JK.

Orang yang datang tidak dimobilisasi, buka puasa bersama pun tidak diatur, mereka masing-masing. Namun, efeknya sangat besar.

Sebagian pihak menilai relawan lebih berperan di bandingkan me sin parpol pada Pilpres 2014. Bagaimana menurut Anda?

Mesin parpol tetap jalan meski tak seberapa optimal di beberapa tempat. Kenapa justru saat pileg bisa berjalan?

Karena semua orang terlibat.

Sekarang dalam pilpres, banyak caleg yang enggan terlibat lagi, mereka yang kalah sudah lelah untuk bekerja, yang menang juga mungkin lelah sehingga partisipasinya sulit.

Sedangkan relawan itu terlibat langsung, mereka dengan hati. Me reka bergerak sendiri-sendiri. Makanya, kalau lihat spanduk JokowiJK di setiap daerah selalu berbeda ka rena memang yang buat tidak ter sentral. Mereka masing-ma sing dengan gambar dan tag lineyang berbedabeda.

Seberapa besar peran media sosial?

Iya, memang ada peran media sosial. Saya sebagai orang yang tiga kali mengikuti kontestasi pilpres melihat ada perubahan pola kampanye dalam setiap proses pemilihan.Pada 2004 itu, lebih banyak rapat umum dan dialogis serta dorongan iklan.Namun, 2009 rapat umum mulai berkurang, iklan pun sedikit, hanya dialogis, dan media sosial mulai membuka perannya. Sekarang pada 2014, rapat umum hampir tidak ada, iklan menurun, bahkan dinilai tak efektif. Lihat saja TV yang intensif menayangkan Aburizal (Ical) Bakrie, Surya Paloh, dan Wiranto, mereka harusnya terpilih.

Selain pemberitaan media, media sosial membawa pengaruh yang be sar. Apalagi mampu menarik segmen anakanak muda yang menjadi pemilih pemula dalam pilpres ini.

Jokowi-JK punya tim medsos?

Ada, saya kira kami punya tiga tim yang bekerja 24 jam.Personelnya ada lebih dari 100 orang, tapi dibagi-bagi, ada yang fokus kepada capres Jokowi dan ke saya sebagai cawapres. Selain itu, satu tim lagi adalah tim umum, jadi hanya menyampaikan hal-hal positif. Tapi, memang lamalama di media sosial kicauannya itu saja, satu negatif, satu positif, akhir nya berlebihan.Akhirnya menjadi je nuh juga orang.

Kalau melihat komposisi pemilih, siapa yang memenang kan Jokowi-JK?

Kalau melihat peta kemenangan, misalkan PKS itu mampu unggulkan suara di Jawa Barat dan Sumatra Barat. Itu kandaerah mayoritas PKS di mana gubernurnya pun berasal dari parpol tersebut. Ditambah isu negatif yang besar. Maka, kalau melihat kelompok masyarakat Islam, Jokowi-JK lebih dekat pada Islam moderat.

Kalau non-Muslim, saya kira 70-80 persenlah karena adanya gempuran dari kampanye hitam, jadi terbalik.

Sedangkan komposisi pemilih, kita mengincar pada Islam moderat.

Ada yang bertanya mengapa saya tak pakai peci sepanjang pilpres. Saya jawab,"coba kamu lihat waktu shalat di masjid. Mana yang lebih banyak, yang pakai peci atau tidak?"

Apakah Anda merasa cawapres membawa pengaruh signifikan bagi ke menangan Jokowi-JK?

Kalau ingin menang, memang ha rus mendapat dukung an yang luas. Capres dan cawapres harus saling mengisi, mereka harus terdiri dari dua hal besar. Contoh Jawa dan luar Jawa, kubu nasional dan Islam. Jika orang memandang Jokowi, mereka menilainya sebagai sosok nasionalis, tapi saya adalah figur Islam nya. Ke mudian, ada juga usia juga antara junior dan senior.

Ini kali kedua Anda memenangi pilpres, apa perbedaannya dengan ke menangan sebelumnya pada 2004?

Kalau saya sendiri biasa saja. Karena, jabatan wapres bukanlah hal baru bagi saya, jadi tidak surprise. Namun istri, anak, dan cucu keliha tannya sedih karena tidak bisa bebas lagi. Tidak punya waktu untuk kemana-mana.

Tapi, ini menyangkut urusan bagaimana memperbaiki bangsa ini. Tidak timbulkan perasaan senang berlebihan.

Perasaannya justru khawatir, bisa tidak kami tangani masalah ini.

Dari tiga kali penyelenggaran pemilu, bagaimana Anda menilai Pilpres 2014?

Pemilu sekarang ini lebih menegangkan. Tapi, relawannya hebat. Ke tika saya kampanye ke daerah manapun, rela wan selalu meminta adanya deklarasi. Kematang an demokrasipun semakin baik. Coba lihat di Filipina, kalau tidak ada orang mati 100 orang, belum pemilu namanya. Begitu juga di Pakistan. Sementara di Malaysia pendukung kedua kubu masih terus berselisih.

Indonesia ini memiliki kematang an demokrasi yang lebih baik di bandingkan negara-negara yang menganut sistem demokrasi lain. Se belum dan setelah pilpres ini tidak ter lihat ada bentrok kan, hanya ke marin saja kecil di Yogya. Namun, tidak ada upaya pengerahan massa.  rep:andi mohammad ikhbal ed:fitrian zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement