Senin 30 May 2016 15:00 WIB

My Stupid Bos, Komedi Atasan Menyebalkan

Red:

Diana (Bunga Citra Lestari), seorang warga negara Indonesia (WNI) mengikuti sang suami Dika (Alex Abbad) yang bekerja dan tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia. Di sana, Diana melamar kerja di satu perusahaan milik Bossman (Reza Rahadian), sesama WNI yang kebetulan teman kuliah Dika sewaktu di Amerika.

Pertama kali datang untuk wawancara kerja, Diana sudah menduga ada yang tidak beres. Semua pelamar keluar dengan tampang kesal dari ruangan si bos, bahkan beberapa terlihat marah-marah. Penyebabnya pun segera tampak. Bossman rupanya adalah lelaki setengah baya yang punya kelakuan aneh, tengil, dan sok kuasa. Tentu saja Diana merasa ilfil dan berniat urung bekerja di sana. Tetapi, tak diduga ia malah diterima sebagai staf administrasi alias kerani untuk istilah Melayu.

Hari-hari absurd Diana pun dimulai. Ia harus rela mendengarkan cerita kesuksesan Bossman yang membosankan sepanjang waktu sampai ditelepon tengah malam untuk instruksi tak penting. Bahkan, para karyawan sebelum Diana juga setengah hati bekerja di sana. Karena kelakuan eksentrik Bossman, perusahaan tidak berjalan baik serta tidak punya sistem dan aturan memadai.

Adrian (Bront Palarae), Mr Kho (Chew Kin Wah), Norahsikin (Atikah Suhaime), dan Azhari (Iskandar Zulkarnain) malah curhat kepada Diana tentang Bossman. Selain seenaknya sendiri dan enggan disalahkan, Bossman terkenal pelit dan tega memotong gaji hanya karena satu menit terlambat masuk kantor.

Bossman yang Jawa tulen juga tidak terlalu fasih bahasa Melayu. Alhasil, seluruh karyawan tak seberapa paham apa yang sesungguhnya ia maksudkan. Diana dan teman-teman sekantor pun menyusun rencana untuk melawan Bossman. Tetapi, beberapa hal mengejutkan malah terjadi dan terkuaklah karakter sesungguhnya dari sang Bossman yang punya moto impossible we do! miracle we try! itu.

Kisah nyata

Perseteruan konyol bos dan karyawan dalam film My Stupid Boss tersebut adalah kisah nyata yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Buku best seller karya penulis bernama pena Chaos@work itu malah sudah terbit sampai jilid kelima.

Sang sutradara, Upi Avianto, menghadirkan film komedi tanpa banyak dialog kocak. Semua akting para pemain Indonesia dan Malaysia dalam film cenderung serius, tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga mengundang gelak tawa. Hal itu bisa jadi menguntungkan sekaligus merugikan. Penonton bisa bosan karena film yang tayang serentak di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam mulai 19 Mei tersebut tak selalu lucu di seluruh durasi.

Bisa dibilang, daya tarik utama film ini adalah kekocakan Bossman alias Reza Rahadian. Tidak seperti karakter dalam film-film sebelumnya yang kerap menghadirkan sosok pria sejati, kini Reza malah disulap jadi tua, botak, dan tambun. Gelak tawa penonton terutama dipicu cara berjalan, cara bicara, dan cara tertawa Bossman yang mengesalkan. Reza mengaku menciptakan karakter itu sendiri dari hasil kombinasi sejumlah referensi.

Hubungan Reza dan Bunga Citra Lestari (BCL) pada film ini juga berubah 180 derajat dibandingkan film mereka sebelumnya, Habibie & Ainun. Kalau sebelumnya mereka adalah pasangan cinta sejati, kini mereka jadi bos dan karyawan yang sering bersitegang.

Namun, chemistry antara keduanya membuat keseluruhan film menjadi cukup asyik disimak. Para selebritas Malaysia yang terlibat pun masing-masing punya karakter kuat yang menunjang cerita dengan apik.

Seperti kisah aslinya, nuansa Indonesia dan Malaysia kental dalam film tersebut. Upi juga menampilkan kecantikan sejumlah tempat dengan melakukan pengambilan gambar di kedua negara. Bahasa yang digunakan berganti-ganti antara bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Melayu, dan bahasa Inggris. Jangan khawatir Anda tak akan mengerti saat menontonnya karena ada terjemahan pada sejumlah dialog.

Cara khusus lain yang dilakukan Upi untuk menghidupkan film ialah penentuan skema warna. Perempuan kelahiran Jakarta, 1 Januari 1970 itu memakai patokan warna merah, kuning, dan hijau untuk menciptakan mood keseluruhan film. Gradasi dan nuansa warna-warna itu diaplikasikan dalam tata artistik dan kostum para pemerannya yang terkesan sangat vintage. Bahkan, baju-baju kerja yang dipakai BCL sangat imut dan bisa jadi referensi mode unik.

Secara umum, film ini menampilkan konflik sehari-hari yang bisa terjadi pada siapa saja. Sebagai pekerja, kita pasti pernah kesal pada tugas kantor yang menumpuk atau sikap bos yang menyebalkan. Namun, di balik itu semua, ada hal yang bisa kita lihat lebih dekat. Sebaiknya tidak menilai sesuatu hanya dari kemasannya karena selalu ada alasan mengapa sesuatu terjadi.    c34, ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement