Jumat 11 Nov 2016 18:00 WIB

Infrastruktur Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 2017

Red:

JAKARTA -- Pemerintah meyakini masih ada ruang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam rentang 5,2 hingga 5,4 persen tahun depan. Angka ini terbilang tinggi bila dibandingkan dengan target pertumbuhan ekonomi yang tercatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar 5,1 persen.

Nantinya, pemerintah akan bertumpu pada tiga hal mendasar sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang melesat di atas 5,1 persen. Ketiga hal tersebut adalah pembangunan infrastruktur, pendidikan vokasional, dan pertumbuhan industri sektoral.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pembangunan infrastruktur memang dinilai menghabiskan anggaran terbesar. Langkah pemerintah untuk menggelontorkan dana yang cukup besar untuk membangun berbagai proyek strategis dianggap menguras anggaran negara.

Pembangunan infrastruktur pada tahun depan dianggarkan dalam APBN 2017 sebesar Rp 387,3 triliun. Angggaran sebesar ini akan dimanfaatkan untuk pembangunan jalan, jembatan, bandara, pelabuhan laut, jalur kereta api, dan terminal penumpang. "Lalu, apakah tidak terlalu mahal? Tanpa memulai infrastruktur, kita sulit push pertumbuhan ekonomi. Sebab, infrastruktur adalah investasi jangka panjang," kata Darmin di Jakarta, Kamis (10/11).

Penopang pertumbuhan kedua setelah pembangunan infrastruktur adalah pengembangan pendidikan vokasional. Darmin menyebutkan, ide awal pengembangan sekolah vokasional bermula dari kunjungan Presiden Jokowi ke Jerman empat bulan lalu. Dalam kunjungan singkat tersebut, Presiden menemukan satu kunci bagi Jerman yang bisa memimpin dalam hal teknologi dan industrinya, yakni keseriusan pemerintah dalam membangun pendidikan vokasional.

Berkaca dari kesadaran akan pentingnya membangun pendidikan vokasional, pemerintah akan mengoordinasikan sejumlah kementerian untuk menyusun peta jalan jangka panjang untuk memperbanyak sekolah vokasional. Pemerintah akan fokus pada dua bidang dalam mengembangkan pendidikan vokasi, yakni kelistrikan dan pertanahan.

Sedangkan, tumpuan ketiga yang dijadikan pemerintah untuk memacu pertumbuhan pada tahun depan adalah pertumbuhan industri sektoral. Menurut dia, salah satu industri yang akan digenjot besar-besaran adalah industri petrokimia. Pembangunan dan pemutakhiran fasilitas dan kapasitas sejumlah kilang minyak, seperti Bontang di Kalimantan Timur, Cilacap di Jawa Tengah, dan Tuban di Jawa Timur merupakan contoh bagaimana negara mendorong pengembangan industri petrokimia. PT Pertamina (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada sektor migas didapuk untuk menjalankan tugas besar ini.

Kepala Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean menilai, tahun depan konsumsi domestik tetap akan berkontribusi terhadap 55 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia juga menilai, peningkatan rasio pajak (tax ratio) memberikan dampak besar pada naik tidaknya pertumbuhan ekonomi. Adrian memproyeksikan, bila rasio pajak tidak menyentuh angka 14 persen pada 2020, pertumbuhan ekonomi tujuh persen seperti yang diharapkan akan sulit tercapai.

Adrian menilai, pertumbuhan ekonomi yang bertahan di level lima hingga enam persen belum cukup memberikan ruang bagi terbukanya lapangan kerja di Indonesia. Ia mengatakan, hingga 2025 mendatang terdapat 2,7 juta penduduk yang menambah ketersediaan angkatan kerja. Artinya, dalam sepuluh tahun ke depan, dengan penambahan tiga orang yang masuk dalam usia angkatan kerja, hanya diimbangi dengan pengurangan satu orang.       rep: Sapto Andika Candra, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement