Kamis 28 May 2015 15:00 WIB

Kendalikan Inflasi Daerah

Red:

JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi diikuti dengan upaya pengendalian inflasi. Menurutnya, akan percuma jika pertumbuhan ekonomi tinggi, namun tingkat inflasi pada saat bersamaan juga tinggi.

Inflasi yang tinggi menyebabkan masyarakat membeli sebuah barang dengan harga mahal. "Untuk itu, setiap daerah di Indonesia harus mengendalikan inflasi secara serius. Salah satunya  dengan mengidentifikasi penyebab inflasi di daerah masing-masing," kata Presiden Jokowi ketika membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) VI di Jakarta, Rabu (27/5).

Presiden menyebutkan inflasi Merauke termasuk tinggi mencapai 12 persen, namun harga beras di daerah itu lebih murah dibanding daerah lain. "Hampir setiap minggu saya lihat daerah mana  yang tinggi dan rendah. Hati-hati terhadap daerah yang tinggi, harus lihat apa yang sumbang terbesar," ujarnya.

Ia menyebutkan, biasanya penyumbang terbesar adalah kebutuhan pokok, beras, daging ayam, daging sapi, cabai, bawang, dan sejenisnya. Ia juga menyarankan agar setiap daerah  mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan operasi pasar jika sewaktu-waktu diperlukan.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan upaya pengendalian inflasi membutuhkan pengawasan yang ketat terhadap pasar dan distributor. Pemerintah daerah  (pemda) diminta memastikan proses distribusi komoditas berjalan dengan baik. Untuk itu, Presiden meminta agar setiap daerah di Indonesia untuk membentuk TPID dengan menyertakan juga aparat penegak hukum.

Untuk mengurangi tekanan inflasi, Jokowi menegaskan perlunya pengembangan infrastruktur pertanian, pembukaan lahan pertanian baru, dan pengembangan konektivitas antardaerah.  Pemerintah pusat dan pemda juga mendukung dalam mempercepat pembangunan infrastruktur. Hal itu dilakukan untuk menopang pencapaian kedaulatan pangan daerah.

Presiden juga mengungkapkan, di kawasan ASEAN, laju inflasi di Indonesia yang mencapai 8,3 persen masih lebih tinggi dibanding negara lainnya. Misalnya, Malaysia di bawah satu persen,  Filipina hanya 2,2 persen. "Tahun ini kita targetkan di bawah 5,0 persen atau 4,0 plus minus satu persen," katanya.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menuturkan, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar dalam upaya mengendalikan laju inflasi. Tantangan pertama, yakni terbatasnya kapasitas produksi dalam negeri akibat produktivitas yang rendah dan luas lahan yang semakin menyusut.

Tantangan kedua adalah nilai tukar rupiah yang masih bergejolak tinggi. Ketiga, produksi pangan yang rentan dalam pasokan karena perubahan iklim yang sulit diantisipasi. "Pada 2015 diperkirakan ada Elnino, mesti menjaga ketersediaan pangan dan meyakini masalah inflasi ini terus menjadi perhatian kita," ujar Agus.

Keempat, ketergantungan energi nasional pada impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG. Kelima, pasar yang tidak efisien yang tecermin dari tingkat distribusi yang panjang dan  didominasi pelaku besar.

"Harga bahan pokok di Indonesia selalu dimainkan dalam oligopoli dan monopoli. Masalah tersebut seharusnya bisa dikoordinasikan dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan solusi struktural," kata Agus.

Keenam, permasalahan daerah didominasi karakteristik wilayah yang unik sehingga membutuhkan penanganan tersendiri. Sebab itu, dia menilai pentingnya mendorong kerja sama antardaerah dalam mengendalikan inflasi.

Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra memperkirakan inflasi akan meningkat pada Mei 2015. Inflasi diprediksi meningkat 0,35 persen secara bulanan dan naik tujuh persen secara tahunan.

Menurutnya, meskipun harga beras terus menurun, itu tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan harga bahan makanan lainnya, terutama daging ayam dan cabai. Kenaikan listrik pada April 2015 berkontribusi 2,8 persen meningkatkan tekanan inflasi. "Dampaknya, akan terlihat pada bulan ini," ujar Aldian.

Ia menuturkan, meskipun tekanan besar dan kuat dari sisi pasokan, inflasi dari sisi permintaan atau inflasi inti diperkirakan akan tetap jinak. Inflasi inti diprediksi akan tetap berada di level lima persen pada kuartal I 2015. "Mungkin terus berada di kisaran tersebut sepanjang bulan ini." n c87 ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement