Selasa 28 Apr 2015 15:00 WIB

Investasi Didorong Ramah Lingkungan

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA -- Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) meminta semua negara yang ingin menanamkan investasinya di Indonesia harus ramah terhadap lingkungan. Pernyataannya ini disampaikan Wapres saat memberikan sambutan dalam acara Tropical Landscapes Summit: A Global Investment Opportunity di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (27/4).

"Siapa yang mau berinvestasi di Indonesia harus hijau (ramah lingkungan--Red)," kata Wapres. Ia mencontohkan, pengembang yang turut membangun pembangkit listrik di Indonesia harus menggunakan teknologi ramah lingkungan.

Dalam perhelatan World Economic Forum on East Asia (WEFEA) beberapa waktu lalu, berbagai kritikan disampaikan bahwa proyek listrik 35 ribu megawatt (MW) tidak ramah lingkungan. Sebab, 60 persen pembangkit yang akan dibangun dalam proyek tersebut menggunakan sumber energi batu bara.

Oleh karena itu, JK menegaskan bahwa pembangunan proyek ini harus dilakukan dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. "Ya, memang 60 persen itu batu bara, tetapi menggunakan suatu sistem teknologi yang tidak mengeluarkan asap hitam. Itu harus dan semua diwajibkan pakai teknologi tersebut," ujar Wapres.

Untuk menjaga lingkungan, lanjut Wapres, pemerintah pun melarang ekspor bahan mentah mineral. Karenanya, ungkap JK, pembangunan smelter (industri pemurnian) dalam eksploitasi barang tambang mineral merupakan sebuah keharusan.

 

"Kita tidak bisa lagi mengekspor biji nikel, besi, dan bauksit. Kita bangun smelter dan diolah di sini. Kita terapkan kebijakan ketat untuk lestarikan lingkungan kita," jelas Wapres.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menuturkan, Pemerintah Indonesia serius menyuarakan komitmennya dalam mendorong investasi hijau di sektor energi. Salah satunya adalah mendorong penggunaan energi baru terbarukan.

"Dalam rangka mewujudkan kedaulatan energi nasional, kita akan mempercepat pengembangan energi baru dan terbarukan dari enam persen menjadi 23 persen pada 2025. Ini adalah mandat bangsa yang harus kita wujudkan bersama demi kemandirian energi secara lestari," ujar Sudirman saat ditemui dalam kesempatan yang sama.

Percepatan ini, lanjut Sudirman, membutuhkan investasi sebesar Rp 2.000 triliun dalam 10 tahun ke depan. "Pemerintah mengajak sektor swasta dan masyarakat internasional untuk bekerja sama mengembangkan teknologi dan industri energi baru dan terbarukan yang berasal dari matahari, air, biomassa, angin, dan panas bumi," kata dia.

Sudirman menjelaskan, pembangunan energi baru dan terbarukan menjadi begitu penting dikarenakan pertumbuhan penduduk Indonesia diperkirakan akan menjadi 3,5 persen dari total populasi dunia, sedangkan ketersediaan energi fosil yang dimiliki Indonesia tidak mencukupi.

Saat ini, ungkap Sudirman, Indonesia hanya memiliki 0,2 persen cadangan minyak dunia, 1,2 persen cadangan gas dunia, dan empat sampai lima persen cadangan batu bara dunia. "Sehingga, tidak ada jalan  lain bagi Indonesia selain membangun energi baru dan terbarukan mulai sekarang," ujarnya. rep: Dessy Suciati Saputri c85 ed: Nidia Zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement