Senin 23 Mar 2015 14:00 WIB

Menyelamatkan Pelajar dari Kawasan Prostitusi

Red:

Penutupan kawasan prostitusi Batu 15, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, meninggalkan cerita. Banyak anak usia pelajar terdampak akibat lokalisasi. Kasus pelajar SD hamil hingga fenomena pekerja seks komersial (PSK) usia sekolah merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Kami akan menyelamatkan anak-anak. Teknisnya dibahas bersama pihak-pihak yang terkait permasalahan itu, seperti Komisi Perlindungan Anak Daerah Tanjung Pinang dan pihak kepolisian," ujar Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Tanjung Pinang Surjadi di Tanjung Pinang, Ahad (22/3).

Surjadi menegaskan bahwa polisi dapat bertindak bila masih ada anak usia pelajar yang dijadikan sebagai PSK. Menurutnya, hal tersebut bertentangan dengan aturan perlindungan terhadap anak. "Ini perlu ditangani segera," katanya. Untuk tahap awal, Dinas Sosial akan mengumpulkan data di lokasi yang dijadikan sebagai tempat pelacuran tersebut.

Secara resmi, lokalisasi di Batu 15 itu sudah ditutup. Namun, kawasan tersebut masih dimanfaatkan sebagai lokasi lokalisasi. Pegiat sosial setempat Komunitas Bakti Bangsa pun mendesak Pemerintah Kota Tanjung Pinang menyelamatkan sekitar 40 anak dari pekerja seks komersial (PSK) yang tinggal di Batu 15.

"Mereka anak-anak yang tak berdosa, anak bangsa, generasi penerus bangsa yang berhak hidup layak, seperti anak-anak lainnya," kata Ketua Komunitas Bakti Bangsa Kepri Dodi Riyanto. Alumnus Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang itu mengungkapkan bahwa masa depan puluhan anak-anak yang tinggal di lokalisasi tersebut terancam. Meski mereka mengenyam pendidikan, lingkungan di lokalisasi tersebut dinilai dapat memberi pengaruh buruk sehingga pemerintah harus turun tangan.

Suka atau tidak, ia mengungkapkan, anak-anak itu terpapar kepada kehidupan negatif di lokalisasi. Selain itu, para ibu terpaksa bekerja sebagai PSK untuk mendapatkan uang dan membesarkan mereka. "Di usia mereka ini seharusnya mendapatkan kasih sayang baik dan lingkungan bermain yang tepat," ujarnya.

Anak-anak itu disebutnya harus dipelihara pemerintah, tanpa menghilangkan hak-hak orang tuanya untuk memberi perhatian. "Kita semua harus melihat ini sebagai realita hidup yang mengenaskan. Selamatkan anak-anak itu dan mungkin saja suatu hari nanti nasib mereka jauh lebih baik," katanya.

Menurutnya, para pengajar muda yang merupakan relawan Komunitas Bakti Bangsa kerap memberi pendidikan gratis kepada anak-anak yang tinggal di lokalisasi tersebut. Pertemuan digelar setiap pekan di lokalisasi. Mereka memberikan pendidikan moral, kewarganegaraan, dan ilmu pengetahuan umum.

Dodi mengungkapkan bahwa pengajar muda dari Komunitas Bakti Bangsa Tanjung Pinang sudah melakukan advokasi selama lebih dari enam bulan di lokalisasi tersebut. Hasilnya, ia melanjutkan, diperoleh data-data yang sangat mengejutkan. Ia mengungkapkan, ada pelajar SD yang sudah hamil. Selain itu, ada anak berusia delapan tahun bisa meniru tari orang dewasa. "Ini menyedihkan," ujarnya.

n antara ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement