Selasa 21 Oct 2014 12:00 WIB

Mengubah Karakter Bangsa Lewat Mendongeng

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

Dewasa ini aksi kekerasan oleh dan terhadap anak-anak banyak dijumpai di mana-mana. Terakhir, peristiwa yang terjadi di sebuah SD di Bukittinggi kembali membuka mata masyarakat mengenai pergeseran perilaku para generasi penerus bangsa.

Orang tua tak bisa dimungkiri turut memiliki andil terhadap berbagai kasus kekerasan tersebut. Orang tua zaman sekarang dianggap tidak mampu mendidik anak-anaknya seperti yang dilakukan para orang tua era dahulu.

Untuk menghentikan berulangnya kasus serupa, baru-baru ini Forum Pemuda Pelopor (FPP) menggelar Gerakan Nasional Indonesia Mendongeng. Gerakan ini bertujuan mengembalikan budaya dongeng sebagai sarana menyampaikan pesan moral kepada anak-anak. Upaya ini dinilai bisa menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki karakter anak bangsa.

"Dengan mendongeng kita bisa memasukkan budi pekerti dengan mudah. Mendongeng adalah salah satu cara mengajar anak-anak tanpa memaksa,'' ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional DPN FPP Rita Widyawati belum lama ini.

Ia berharap gerakan nasional mendongeng bisa mengantarkan perubahan karakter bangsa menjadi lebih baik. Ketua Harian DPN FPP Bagus Haryanto mengatakan, saat ini tradisi mendongeng telah banyak ditinggalkan para orang tua akibat terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Akibatnya, anak-anak menjadi lebih dekat dengan televisi, gadget, atau permainan online di internet. Hal itu semakin menjauhkan anak-anak dari masyarakat.

Bagus mengatakan, terjadinya kekerasan seperti yang menimpa siswi SD di Bukittinggi salah satunya karena pengaruh tayangan kekerasan di televisi. Begitu juga permainan online yang menampilkan kekerasan. ''Anak-anak harus diselamatkan dari pengaruh buruk tersebut dan dongeng adalah salah satu cara yang bisa dipakai,'' ujar Bagus.

Orang tua nantinya menjadi salah satu target sasaran Gerakan Nasional Indonesia Mendongeng ini. Pada November mendatang, pihak penyelenggara bekerja sama dengan FPP akan mulai mengadakan audisi ke daerah-daerah untuk mencari pendongeng bertalenta berusia 17 hingga 40 tahun.

Ia mengatakan, di setiap daerah akan diambil sebanyak dua orang sehingga nantinya terdapat 68 perwakilan dari 34 provinsi. Dari 68 orang itu, akan diseleksi lagi menjadi 24 orang untuk mengikuti audisi nasional di sebuah stasiun televisi swasta, April tahun depan.

Rencananya, acara audisi tersebut akan dikemas menyerupai tayangan Indonesian Idol atau Indonesia Mencari Bakat (IMB). ''Nantinya satu pemenang akan dinobatkan sebagai raja atau ratu dongeng,'' katanya.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Seto Mulyadi mengatakan, mendongeng adalah seni tutur yang sangat mendidik yang bisa menggantikan tayangan televisi. Seto menilai, televisi kini hanya memiliki siaran pendidikan di bawah satu persen. Karena itu, Seto mengatakan akan bergerak ke daerah-daerah untuk mengampanyekan gerakan ini. Ia akan mengajak presiden, menteri, dan pejabat-pejabat daerah untuk menjadi ikon.

Sementara itu, raja dongeng Kusumo Priyono mengatakan Gerakan Nasional Indonesia Mendongeng adalah sebuah sejarah di era pemerintahan baru. Gerakan ini diharapkan bisa membangkitkan lagi budaya mendongeng yang kian luntur. Dengan adanya gerakan ini, Kusumo mengatakan, masyarakat diharapkan tidak lagi terkecoh dengan tontonan-tontonan televisi yang tidak bermutu.  ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement