Jumat 03 Jun 2016 17:00 WIB

Majelis Taklim Annur Berawal dari Minoritas Singapura

Red:

Hidup sebagai minoritas menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam asal Indonesia yang tinggal di Singapura. Yani Bambang Adjie contohnya. Besan presiden kedua RI Soeharto ini mengaku, awalnya sulit mendapatkan tempat mengaji di negara minoritas Muslim ini.

"Di Singapura banyak godaan. Main, shopping center, boling, golf. Makanya, kita isi dengan pengajian," ujar Yani kepada Republika, di kediamannya, Jumat (27/5).

Mencari guru mengaji di Singapura pada 1985 bukan hal mudah. Bersama Warsih Supardan, ia menemui ibunda Dewi Sandra, Tini Kilick. Keduanya diperkenalkan dengan Azizah binti Juki yang dikemudian hari menjadi guru spiritual mereka.

Pada awalnya, pengajian dilakukan di tempat tinggal Warsih, Apartemen Pandan Valley. Jumlah peserta pengajian bertambah menjadi empat, delapan, hingga akhirnya 18 orang.

Pada 1992, Warsih kembali ke Indonesia. Pengajian di Singapura tetap berlangsung di kediaman Yani. Dari mulut ke mulut, pengajian ini menarik minat istri Duta Besar Singapura waktu itu, Dewi Rais Abin. Acara serupa digelar di KBRI Singapura pada 1988 dengan tujuh orang jamaah.

Yani kembali ke Indonesia dan bertemu dengan Warsih pada 1995. Keduanya mengikuti pengajian di bawah asuhan Faizah al-Amudi. Tak lama kemudian, kawan-kawan mereka yang dulu mengaji di Singapura kembali berjumpa. Mereka membentuk pengajian serupa di Indonesia.

Yani menyebut forum ini dulunya bernama "Pengajian ex-Singapore". Tak hanya bagi mereka yang pernah tinggal di Singapura, pengajian ini rupanya menarik minat rekan-rekan mereka dari berbagai kalangan di Indonesia. Pada 1995, pengajian ini dibuka untuk umum. Pada April 1997, nama Majelis Taklim An-Nur resmi digunakan.

Kini MT an-Nur hampir memasuki usia ke-21. Keanggotaan kelompok pengajian ini terbagi atas lima wilayah yang disebut an-Nur 1-5. Daerah yang dikelola, antara lain, Pondok Indah, Cinere, Ciputat, Jabodetabek, dan sekitar kavling Polri Ragunan.

Jumlah peserta pengajian an-Nur hingga sekarang telah mencapai 80 orang. Mereka umumnya telah berusia 50 hingga 60 tahun. Ada pula yang berusia 40 tahun, walaupun jumlahnya lebih sedikit.

Menurut Yani, menjalankan majelis taklim selama 21 tahun merupakan kebanggaan yang patut disyukuri. Ia senang dapat mengajak sahabat-sahabatnya bergabung dalam satu majelis dan merasakan kenikmatan luar biasa."Saya sendiri kadang nggak nyangka. Ternyata, memimpin pengajian juga tak mudah. Harus sabar, bisa menjadi suri teladan," ujar Yani.

Jumat lalu, MT an-Nur mengadakan penutupan pengajian sebelum Ramadhan yang dibarengi peringatan Isra Mi'raj. Pengajian diawali dengan tuturan dari Ustaz Budiman. Ia mengatakan, Allah merupakan sumber pengharapan bagi orang-orang mukmin. Dia adalah pelindung bagi orang-orang saleh, yaitu manusia yang mengejar kehidupan di akhirat.

Upaya ini dapat dilakukan dengan beribadah kepada Allah SWT, yaitu dengan shalat, puasa, menyantuni anak yatim, dan ibadah-ibadah lainnya. Sayangnya, ada pula orang-orang yang merugi, yaitu yang ibadahnya tidak menjadikan mereka tunduk pada perintah dan larangan Allah.

"Betul shalat, tapi shalatnya tidak mengubah perilaku. Masih korupsi, membicarakan keburukan orang lain, masih menghalalkan segala cara," ujar Budiman memberikan contoh.

Pengajian hari itu cukup meriah. Ustaz Budiman sempat dicecar berbagai pertanyaan, tapi waktu jua tak membolehkan ia berlama-lama.

Acara dilanjutkan dengan peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Dalam sambutannya, Yani menceritakan pengalamannya melakukan perjalanan dakwah ke Raja Ampat dan Papua. Ia berharap, acara-acara yang dibuat oleh MT an-Nur dapat menyelipkan agenda-agenda kebaikan di tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya, para peserta pengajian berbaris rapi dan saling bersalaman. "Marhaban yaa syahru Ramadhan, marhaban syahru shiyaam," ucap mereka sembari saling bermaafan untuk membersihkan diri dari kesalahan antarmanusia, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Oleh Sri Handayani ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement