Jumat 27 Nov 2015 11:00 WIB

Pemikiran Ibn Arabi Dibedah

Red:

Penerbit Noura Books meluncurkan buku berjudul Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn Arabi karya pengajar ilmu tasawuf, Haidar Bagir, Jumat (20/11), di Gedung Pascasarjana Universitas Paramadina, Jakarta.

Dalam acara tersebut juga didiskusikan buku dengan tema yang sama, yaitu Sufisme: Samudra Makrifat Ibn Arabi.

Penulisan buku ini, kata penulisnya, didorong oleh minimnya buku tentang tasawuf yang disajikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Ia juga ingin memperkenalkan Ibn Arabi yang mampu membuatnya jatuh cinta setelah bergelut dengan pemikirannya selama lima hingga enam tahun terakhir.

Ibn Arabi (1165-1240) merupakan salah satu filsuf Muslim terbesar di dunia. Filsuf asal Spanyol ini dikenal memiliki bahasa yang simbolis, paradoks, dan tidak mudah dipahami. Salah satu karyanya ialah al-Futuhat al-Makkiyah. Keindahan bahasanya yang khas seakan mampu menyihir pembaca untuk mencintai karya-karya dan pemikirannya.

Erik Winkel telah berjibaku dengan pemikiran Ibn Arabi selama 20 tahun terakhir. Pengajar di Universitas Islam Internasional Malaysia ini telah menerjemahkan 4.000 dari 10 ribu halaman kitab al-Futuhat al-Makkiyah.

Erik membenarkan bahwa akar pemikiran Ibn Arabi adalah tentang cinta. Cinta pada dasarnya berhubungan dengan sesuatu yang tidak ada. "Apa yang kita cintai itu sebenarnya tidak ada. Kalau yang kita cintai itu ada, ini akan menghalangi sampainya cinta kita kepada Tuhan," kata Erik.

Erik juga memperkenalkan dua konsep tentang cinta, yaitu cinta secara jasmani (nature) dan cinta ruhani. Cinta jasmani adalah cinta yang berbalas (conditional love).

Ketika seseorang mencintai Allah secara jasmani, ia akan beribadah sebab ia merasa Allah telah melakukan atau memberikan sesuatu kepadanya. Sebaliknya, cinta tak berbalas merupakan bentuk cinta yang paling murni tanpa mengharapkan balasan dari Allah SWT. n ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement