Jumat 06 Jun 2014 13:00 WIB

Jadi Orang Tua Mulia

Red:

Orang tua mulia adalah orang tua yang memiliki karakter mulia (good character), yaitu  memiliki pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), komitmen terhadap moral (moral feeling), dan selalu melakukan kebaikan (moral behavior).

Namun, memang berat menjadi orang tua, apalagi menjadi orang tua yang mulia di era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini. Dulu, agen-agen perusak moral, seperti majalah, buku dan kartu porno, relatif bisa dihalangi para orang tua untuk masuk ke dalam rumah. Sekarang, agen-agen pembentuk karakter yang dapat merusak moral, seperti telepon selular dengan fasilitas multimedianya, begitu leluasa masuk melalui gelombang udara, kemudian berada di genggaman anak-anak.

 

Orang tua jangan pernah meremehkan dampak pornografi ini pada mental dan otak anak-anaknya. Sebenarnya, seberapa bahayakah pornografi, terutama bagi otak anak-anak kita, apalagi jika sampai ketagihan? Simaklah pendapat dr Donald Hilton, seorang ahli bedah saraf dari Methodist Speciality and Transplant Hospital San Antonio.

Ia mengatakan, kerusakan otak akibat ketagihan pornografi lebih sulit disembuhkan dibandingkan kecanduan makan (obesitas) dan narkoba. Pada umumnya, otak para pecandu pornografi akan memproduksi dopamine dan endorphin yang merupakan bahan kimia otak yang menciptakan rasa senang dan perasaan lebih baik.

Bila kebiasaan pornografi ini berlebihan, otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan yang berlebihan). Membiarkan terlalu lama menikmati kebiasaan ini akan berakibat fatal, yaitu terjadinya penyusutan jaringan otak, sebab terus menerus bekerja dan lambat laun otak akan mengalami pengecilan dan rusak permanen. Permanen dan tidaknya kerusakan tersebut bergantung kepada intervensi medis yang dilakukan. Dr Donald Hilton menyatakan bahwa penyusutan otak bisa berangsur-angsur kembali normal, asalkan dilakukan pengobatan secara intens.

Selain itu, kecanduan pornografi menyebabkan penurunan interaksi sosial dengan lingkungan dan sulit berkonsentrasi. Berdasar hasil penelitian yang dilakukan dr Donald Hilton bersama istrinya, di antara semua kasus kecanduan, pornografi merupakan salah satu yang tersulit. Menurut dia, mayoritas anak maupun remaja mengonsumsi tayangan pornografi dari internet.

Di antara kita, khususnya para orang tua, mungkin sudah membaca pendapat dr Donald Hilton di atas dari berbagai sumber dan dengan berbagai versi juga pendapat para pakar lainnya. Tapi, ironisnya, masih saja ada dari orang tua ini membelikan dan memberikan telepon selular yang dapat mengakses gambar-gambar porno kepada anak-anaknya, terutama yang masih duduk di bangku TK atau SD dengan berbagai alasan.

Misalnya, ingin membahagiakan dan menuruti keinginan anak-anak atau sebagai wujud pengalihan atau pengganti tugas orang tua selama si anak di rumah untuk mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) dan untuk mentransfer nilai (transfer of value). Sebab, si orang tua tidak punya waktu lagi untuk melakukan kedua hal tersebut, sibuk dengan urusan dan pekerjaannya. Akibatnya, ketika anak-anaknya kecanduan pornografi, penyesalanlah yang didapat orang tua.

Jadi, memang berat menjadi orang tua, apalagi menjadi orang tua yang mulia di era teknologi informasi dan komunikasi ini, terlebih bagi orang tua yang keduanya sama-sama bekerja. Mengutip pendapat Prof Yasmine Zaki Shahab saat menjadi narasumber di “Simposium Indonesia Menanggulangi Perilaku Seks Menyimpang: Apa dan Bagaimana?” di Jakarta Islamic Centre (JIC) pada Rabu, 28 Mei 2014, di era sekarang ini orang tua sedang berkontestasi dengan teknologi informasi dan komunikasi untuk menguasai anaknya.

Teknologi  informasi dan komunikasi, seperti radio, televisi, komputer, telepon selular adalah agen-agen pembentuk karakter dan agen-agen terselubung yang dapat merusak moral dan otak anak-anak. Maka, dalam kontestasi ini, siapa yang lebih besar pengaruhnya kepada si anak ialah penguasa atau pemenangnya.

 

Pertanyaannya, apa kiat-kiat agar orang tua dapat memenangkan kontestasi ini, sehingga menjadi orang tua yang mulia? Jawabannya, tidak lain adalah dengan mengikuti ajaran dan tuntunan Islam. Islam begitu sempurna memberikan ajaran dan tuntunan kepada kita untuk menjadi orang tua yang sukses dalam mendidik anak. Persoalannya, apakah para orang tua mau melaksanakan ajaran dan tuntunan Islam tersebut?

Lalu, seperti apa menjadi orang tua yang baik dan sukses, sehingga mulia menurut ajaran dan tuntuan Islam dalam konteks kekinian? Jawabannya dapat Anda temukan pada kegiatan Islamic Parenting: Menjadi Orang Tua Mulia bagi Anak Shalih-Shalihah yang diselenggarakan Jakarta Islamic Centre (JIC) pada Sabtu, 21 Juni 2014, di Ruang Guru Marzuki (Serbaguna JIC) dari jam 08.00-15.00 WIB. Narasumber: H Asep Haerul Ghani Psi dan Afiyati Reno SSi, MT dengan bintang tamu Astri Ivo. Untuk pendaftaran, dapat menghubungi 085693821958, 085212030266. Pada kegiatan tersebut juga akan dilakukan peluncuran buku Menjadi Orang Tua Mulia Bagi Anak Shalih dan Shalihah karya Siti Nur Nafiatun Aliyah.     

   

Oleh: Siti Nur Nafiatun Aliyah

Koordinator Seksi Birena Bidang Takmir Jakarta Islamic Centre

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement