Kamis 25 Nov 2010 07:22 WIB
Antisipasi Bromo

Warga Tenang, Pejabat Panik di Cemorolawang

Rep: Asan Haji/ Red: Endro Yuwanto
Gunung Bromo di Jatim
Gunung Bromo di Jatim

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO--Warga di sekitar Gunung Bromo masih terlihat adem ayem. Mereka tidak terusik dengan status gunung yang sudah meletus tiga kali itu ditetapkan dalam kondisi awas (level IV).

Justru yang terlihat panik para aparat dan pejabat dari berbagai instansi terkait. Pusat kepanikan itu terlihat di Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten  Probolinggo, Jawa Timur (Jatim).

Banyak pejabat yang turun ke kawasan tersebut. Bahkan, Wakil Gubernur Jatim, Syaifullah Yusuf bersama Kapolda Jatim, Irjen Pol Badrodin Haitti berkunjung secara khusus ke lokasi pintu masuk menunju gunung yang selalu ramai didatangii wisatawan domestik dan asing itu. Mereka diterima Bupati Probolinggo, Hasan Aminuddin di Hotel Lava View, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Rabu (24/11).

Tidak hanya itu, para  ahli vulkanologi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hingga Muspika Sukapura dan aparat desa terlihat sibuk di Cemorolawang, sebagai lokasi terakhir menuju Bromo. Begitu juga ratusan relawan dari Taruna Siaga Bencana serta Jatim Rescue yang berasal dari Jember, Probolinggo, Malang, Batu, dan Lumajang sudah banya terlihat di sana.

Bahkan, menurut informasi yang diperoleh Republika, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono akan hadir di sini untuk memantau perkembangan Bromo dan melihat kesiapan proses penanganan bencana  jika Bromo benar-benar meletus.

Mereka sibuk mengkoordinasikan berbagai persiapan yang dilakukan di Cemorolawang ini. Mulai dari skenario proses evakuasi warga, hingga lokasi pengungsian dan perlengkapannya, seperti tempat penampungan, dapur umum, dan lain sebagainya.

Tidak hanya para pejabat dan aparat dari TNI/Polri yang terlihat tumplek blek di Cemorolawang itu. Namun, sarana dan prasarana proses evakuasi pengungsi sudah mulai disiapkan.  Misalnya, tenda-tenda penampungan, mobil ambulans, hingga kendaraan jeep dan truk yang akan dipakai mengangkut pengungsi.

Meski begitu, warga yang berdomisili di sekitar Bromo justru terlihat adem ayem. Mereka seolah tidak terusik dengan status Bromo yang ditetapkan dalam kondisi awas itu. Mereka tetap beraktivitas sebagaimana biasanya.

‘’Saya tidak yakin, Bromo akan meletus. Makanya, saya bersama keluarga tidak mengungsi. Sebab, situasi seperti ini sudah biasa,’’ ujarr Sutiman, warga  Ngadisari, Kecamatan Sukapura, yang diamini warga lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement