REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog merealisasikan instruksi pemerintah mengintervensi pasar dalam upaya pengendalian harga bawang merah. Caranya dengan melepas seribu ton bawang melalui Operasi Pasar (OP) ke sejumlah lokasi di Indonesia. Di antaranya yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera dan Sulawesi Selatan.
Seperti diketahui, harga bawang merah melonjak di pasar hingga menembus anhka Rp 40-45 ribu jelang Ramadhan. Bulog mengupayakan agar harganya kembali stabil di kisaran Rp 25 ribu. "Bawang merah digelontorkan ke pasar melalui penjualan eceran maupun grosir," kata Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti dalam rilis, Jumat (27/5).
Ia menyebut, OP yang dilaksanakan dalam lima hari terakhir berhasil mengendalikan harga bawang merah kelas medium di pasar induk. "Dari harga sebelumnya Rp 27 ribu menjadi Rp 24 ribu bahkan Rp 23 ribu," ujarnya.
Untuk selanjutnya agar harga tetap stabil pada tingkat harga yang wajar Bulog terus menggelontorkan bawang ke pasar sebanyak 20-30 ton per hari seharga Rp 21-23 ribu. Dengan turunnya harga grosir, diharapkan harga di konsumen juga akan tertarik turun. Namun demikian, penurunan harga harus terkendali agar tidak merugikan pelaku pasar dan petani.
Bulog menjalankan OP bekerjasama dengan Pengelola Pasar Induk Tanah Tinggi Jakarta serta Assosiasi Bawang Merah. Mereka berguna menambah pasokan ke pasar dengan mekanisme perdagangan biasa. Bulog, lanjut dia, juga memperhatikan selera pasar dalam menjalankan OP.
Misalnya untuk DKI, Jawa Tengah dan Sumatera, OP mempergunakan bawang merah jenis bima curut dari Brebes. Sementara untuk Jawa Timur, NTT dan Kalimantan menyukai jenis bawang merah dari Bima NTB.