Sabtu 15 Oct 2016 09:19 WIB

ITX Bikin Joglosemar Makin Go Digital

Wisatawan memotret matahari terbit dari Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tenngah.
Foto: Antara
Wisatawan memotret matahari terbit dari Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tenngah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Puri Asri Hotel Magelang, Jawa Tengah menjadi saksi semangat para pelaku industri pariwisata di Joglosemar. Mereka baru ngeh dengan konsep Go Digital yang setiap hari disosialisasikan Menteri Pariwisata Arief Yahya di berbagai forum. Mereka baru menyadari bahwa yang dimaksud dengan 'More Digial, More Professional' itu salah satunya ada di sini.

“Kawan-kawan industri juga baru tahu detailnya. Terima kasih Kemenpar RI, kami dibimbing sampai detail di implementasi,” aku Prasetyo Aribowo, Kadisbudpar Jateng, di Magelang.

Asistensi detail yang dipresentasikan Claudia Ingkiriwang, Ketua Probis Indonesia Travel X-change (ITX), Sigma itu membuat sekitar 60 pelaku bisnis Pariwisata itu terbelalak. Digital Market Place (DMP) atau lapak-lapak yang disediakan ITX itu bakal membawa mereka naik level. Bertransformasi dari cara berbisnis manual dan konvensional menuju digital yang profesional. Apa benefitnya?

“Pertama, pembayaran langsung dari customers ke suplayer distributor, tidak mandek di ITX,” kata Claudia.

Yang dimaksud suplayer itu adalah tiga A, yakni Akomodasi, Akses dan Atraksi. Yang masuk dalam Akomodasi adalah hotel dan resort. Akses di sini seperti industri transportasi, rent car, bus pariwisata, dan moda lainnya. Atraksi itu seperti theme park, restoran, kafe, seni pertunjukan, tour guide khusus, fotografer gallery yang menjual stock shoot, dan lainnya. Sedangkan yang sebut distributor adalah tour operator, tour agent, yang menggabung, mengatur dan membuat paket tur yang menggunakan materi 3A yang ada di suplayers.

Pembayaran langsung dari customers ke suplayer dan distributor itu memberi keyakinan bahwa secara keuangan aman. Uang tidak akan mampir ke mana pun juga, termasuk ke ITX. “Di sinilah titik krusial yang sering ditakuti oleh pelaku bisnis online. Takut duitnya tidak sampai ke pemberi layanan. Lalu, sistem administrasi juga digital, otomatis. Keamanannya berlapis, dan terjamin. Tidak akan ada fraud!” kata Claudia.

Fraud adalah istilah dalam bidang IT. Artinya perbuatan kecurangan, atau melanggar hokum, illegal-acts, yang dilakukan secara sengaja dan sifatnya dapat merugikan pihak lain. Dalam payment system, itu sudah diantisipasi, dan system pengamanan arus transaksi uang ini sudah berlaku di seluruh dunia.

“Kalaupun ada yang tidak beres, pihak payment gateway nya yang akan bertanggung jawab, bukan suplayer, distributor, apalagi customers,” kata dia.

Kedua, lanjut Claudia ada benefit plus plus yang tidak akan ditemukan di industri IT manapun. Misalnya, akan diberikan template website gratis, yang jika dikembangkan sendiri, membutuhkan tenaga IT 5-6 orang serta waktunya paling cepat 6 bulan. “Website gratis yang kami sediakan, cukup menyiapkan 1 orang IT saja, jika dari nol, paling lama 6 pekan sudah bisa online. Jika materi paket, promo, desain-desain foto dan infografisnya sudah siap, tidak sampai satu minggu sudah bisa running. Jika membangun web professional sendiri minimal Rp 75-100 jutaan,” kata Claudia.

Ketiga, ITX juga sudah menyiapkan mesin booking system dan payment system-nya. Sehingga akan terintegrasi dalam satu platform, dari look, book, dan pay sekali online, di computer atau smartphone yang sama. “Kalau fasilitas ini dibangun sendiri, membutuhkan biaya sekitar Rp 300 jutaan. Tapi semua digratisnya untuk pelaku bisnis pariwisata,” ujar Claudia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement