Selasa 10 Dec 2013 05:25 WIB
Pelurusan Sejarah

NU Bantah Genosida Terhadap PKI

Nahdlatul Ulama
Foto: abunamira.wordpress.com
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ingin mengoreksi sejarah kelam. Mereka meluruskan tudingan bahwa NU merupakan salah satu aktor utama pembantaian layaknya genosida terhadap ribuan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Perlunya koreksi sejarah itu disampaikan Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Said Ali dalam acara peluncuran buku putih Benturan NU-PKI 1948-1965. Menurut As'ad, tidak ada yang disebut genosida terhadap PKI oleh kelompok tertentu. "Yang terjadi adalah konflik horizontal yang dipicu oleh PKI sendiri, terutama ketika terjadi kekacauan dan vakum kekuasaan. Juga, tidak ada pelaku tunggal atau korban tunggal," ujar As'ad dalam sambutannya, Senin (9/12).

Menurut dia, pada masa-masa itu semua menjadi korban. Buku ini juga mengungkapkan data korban dari kalangan NU yang juga tidak sedikit pada peristiwa Madiun 1948 hingga G-30S-PKI 1965. Sayangnya, ini tidak pernah dicatat para peneliti barat.

Buku Benturan NU-PKI 1948-1965 juga mengungkapkan adanya dramatisasi jumlah korban dalam beberapa catatan sejarah yang ada. Dari sekitar belasan ribu atau puluhan ribu menjadi ratusan ribu. Bahkan, peneliti Barat mengasumsikan jumlah korban lebih banyak.

Mereka mengungkapkan, korban mencapai satu juta jiwa. Buku ini, jelas As'ad, hanya ingin menunjukkan bahwa NU memiliki sikap tegas terhadap sejarah kelam itu. Karena, hampir setiap 1 Oktober atau peringatan hari sejarah lain, NU selalu diteror.

Sebab, NU dianggap terkait peristiwa 1948 dan 1965. Buku ini pun hadir atas keprihatinan dari ulama-ulama NU yang menegaskan perlunya melakukan perlawanan. "Perlawanan yang NU lakukan, yakni dengan bil hikmah wal mauidhatul hasanah, hadirnya buku putih ini." Karena, kata As’ad, NU merupakan bagian dari pendirian republik ini. Dengan demikian, NU merasa perlu untuk melakukan pelurusan sejarah yang melenceng itu.

Penulis buku Benturan NU-PKI 1948-1965 Abdul Mun'im menjelaskan, buku ini dibuat dari kajian sejarah versi NU. Yang bisa jadi berbeda dari buku sejarah dan kajian yang sudah pernah dipublikasi secara umum sebelumnya.

Buku ini hadir untuk lebih mengedepankan rekonsiliasi antaranak bangsa. “Bukan bertujuan memunculkan kembali memori konflik pada peristiwa 1948 dan 1965,” ujar Abdul. Ia menyatakan, banyak fakta terungkap mengenai kebesaran hati para kiai NU.

Misalnya, mereka merawat, mendidik, dan membesarkan anak-anak korban konflik horizontal. Karena itu, perlunya proses klarifikasi (tabayun) atas sejarah. Secara internal, buku ini merupakan jawaban dari berbagai pertanyakan yang diajukan warga NU.

Menurut dia, warga NU, terutama generasi mudanya, mesti mengetahui sejarah ini secara utuh. Dengan demikian, nantinya tak mudah terprovokasi tuduhan yang dilontarkan terhadap NU terkait peristiwa 1948 dan 1965 itu. n amri amrullah  ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement