Selasa 03 Jan 2012 09:35 WIB

Mahasiswa Aceh Pelopori Jumatan Perdana di Keelung City, Taiwan

Para jamaah berzikir dan wirid setelah sholat Jumat perdana di Kota Keelung, Taiwan.
Foto: Foto-foto: Dedi Fazriansyah Putra
Para jamaah berzikir dan wirid setelah sholat Jumat perdana di Kota Keelung, Taiwan.

Bagi yang pernah mengunjungi Taiwan siapa yang tidak kenal Kota Keelung? Kota ini berada paling utara di Pulau Formosa berjarak sekitar 45 menit perjalanan bus dari Ibukota Negara Taiwan, Taipei City. Kota ini juga terkenal dengan julukan ‘Kota Hujan’ layaknya kota Bogor di Indonesia.

Kota yang ‘berbau laut’ ini dipadati oleh lebih kurang seribuan orang buruh pabrik dan nelayan pekerja Indonesia  yang tersebar di beberapa pelabuhan perikanan. Di Kota ini juga terdapat sekitar sepuluh orang mahasiswa Aceh yang tengah menuntut ilmu, khususnya bidang kelautan dan perikanan.

Kota yang berciri khas gaya hidup materialistik dan hedonism ala Taiwan ini memiliki lebih dari seribuan Buruh Migran Indonesia (BMI) yang mayoritas Islam dan belasan mahasiswa Muslim yang berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Gambia.

Dilihat dari keberadaan jumlah penganut Islamnya, sudah sepatutnyalah kota ini memiliki sarana ibadah yang memadai untuk sholat berjamaah maupun sholat Jumat. Namun sungguh ironis, hingga saat ini tidak ada satu tempat ibadah pun yang sesuai untuk melaksanakan sholat Jumat  bagi Muslim sebagaimana kota-kota besar lainnya di Taiwan.

Ibadah dan permasalahannya

Dampak dari tidak tersedianya sarana ibadah bagi Muslim ini membuat kebanyakan mahasiswa maupun para BMI harus bersusah payah menempuh jarak yang lumayan jauh untuk menunaikan sholat Jumat di Grand Mosque Taipei City. Hal ini cukup menyulitkan para mahasiswa yang kadangkala mereka terpaksa mengorbankan shalat Jumat dikarenakan jadwal kuliah atau riset sangat dekat dengan waktu shalat Jumat di Taipei City yang menghabiskan waktu 3 – 4 Jam termasuk perjalanan dan shalat.

Atas kerisauan dan kepedulian mahasiswa Muslim, walaupun disibukkan dengan padatnya kegiatan akademik dan riset yang dilakoni sehari-hari, di bimbing oleh para da’i dari Jakarta dan support para BMI, maka Alhamdulillah telah terwujudnya sholat Jumat perdana bagi muslim di Kota Keelung yang berlokasi di lantai dua restoran Riang Jaya (milik orang Indonesia) di pusat Kota Keelung City, Taiwan.

Adapun sesungguhnya ide tentang Jumatan perdana ini telah didiskusikan oleh mahasiswa Muslim Aceh ketika memperingati majlis tahlil dan refleksi 7 tahun tsunami Aceh bertempat di Student Activity Center, NTOU pada hari Senin 26 Desember lalu.

Kebanggaan mempelopori Jum’atan perdana

Sholat Jumat perdana yang dihadiri oleh sembilan orang mahasiswa Muslim Aceh, mahasiswa Gambia dan belasan BMI ini di pimpin oleh khatib yang bertindak sekaligus imam yang berasal dari Jakarta, Ustadz Niknik Abdurahman. Beliau dan disertai tujuh orang da’i lainnya merupakan jamaah dakwah yang mengunjungi Taiwan dalam rangka bersilaturahmi dan bertabligh khususnya kepada perantauan orang Indonesia yang berada di Taiwan. Mereka lah yang ikut berperan serta membimbing kami mahasiswa dan para BMI untuk bersama-sama mengadakan Jumatan perdana di Kota Keelung ini.

Khatib yang berkhutbah memilih topik tentang kelebihan hari Jumat sebagai Sayyidul Ayyam yang sangat mulia melebihi hari–hari lainnya. Untuk bilal/muazzin pertama pada Jumatan perdana ini diberi kehormatan kepada brother Omar A Bah, mahasiswa master semester satu NTOU yang berasal dari Gambia, Afrika Tengah, dan Azan yang kedua dikumandangkan dengan khusyu dan merdu oleh mahasiswa Aceh Sdr. Haekal Azief Haridhi, master semester tiga NTOU yang penuh semangat dan talenta.  

Setelah sholat Jumat, maka jamaah yang terdiri dari mahasiswa dan rombongan BMI mengadakan makan khenduri bersama sambil mendengarkan kata–kata sambutan oleh Bapak Dani Sanjaya selaku tokoh BMI di Keelung dan Sdr. Agus Putra selaku perwakilan dari pihak mahasiswa.

Bapak Dani menghimbau dengan diadakannya sholat Jumat perdana ini selayaknya dijadikan momentum bagi kita semua untuk tidak melupakan akan pentingnya beribadah walaupun kita berada di tengah-tengah negeri non-Muslim sekali pun. Sedangkan sdr. Agus Putra menyampaikan kegembiraan bahwa sholat Jumat perdana di Kota Keelung ini sangat membantu bagi mahasiswa muslim NTOU sehingga tidak mengganggu waktu kuliah dan riset yang sedang dilakukan jika dibandingkan bershalat  Jumat  di Taipei City.

Harapan dan doa dari perantauan

Follow up dari Jumatan perdana ini, para da’i pembimbing dari Jakarta mengharapkan kepada mahasiswa Aceh untuk meng-take over penyelenggaraan Jumat di Kota Keelung ini sekembalinya rombongan tersebut ke Indonesia.

Oleh karena itu, tim kecil mahasiswa muslim NTOU yang dikomandoi oleh Sdr. Rahmat Sidik dan Dedi Fazriansyah Putra akan segera bermusyawarah untuk membuat daftar petugas yang akan bergiliran menjadi khatib, imam dan muazzin untuk Sholat Jumat berikutnya.

Akhirnya, dengan terlaksananya sholat Jumat perdana di Keelung City ini, kita berharap agar even ini menjadi tonggak awal terwujudnya syiar Islam dan cahaya hidayah di Keelung City, Negeri Formosa.

Seorang ustadz menceritakan kepada saya pengalaman mereka ketika mencari  sebuah alamat di Kota Taichung, seorang Taiwan yang mengendarai motor rela menuntun mereka menempuh jarak hingga 7 km demi menunjukkan tempat yang dituju. Sungguh perilaku yang indah dan membuat terharu beliau. Namun, alangkah lebih indah lagi apabila dihiasi dengan iman dan Islam.. Amin..  

Dedi Fazriansyah Putra

Mahasiswa Ph.D of Aquaculture, National Ocean Taiwan University (NTOU)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement