Selasa 28 Aug 2012 10:10 WIB

Protes Pelayanan Tiket KA

Kereta Api
Foto: Antara
Kereta Api

Sebenarnya, tidak ingin kami menulis tentang hal ini. Sebab, 17 tahun lalu, salah satu personil kami juga sudah pernah membuat surat seperti ini-mengeluhkan hal yang kurang lebih sama. Bagi kami, setelah belasan tahun berlalu, dan ternyata hal seperti ini masih terjadi jelas menjadi tanda tanya, ada apa dengan PT.KAI?

Kami adalah sekelompok anak muda, beberapa kami adalah mahasiswa, yang hendak melakukan studi banding ke jakarta terkait pengembangan PKBM yang kami miliki di Jombang. Kami berencana berangkat tanggal 28 Juni 2012. Oleh karena mayoritas adalah mahasiswa, maka kami memilih KA. Ekonomi Gaya Baru, yang sesuai dengan kemampuan finansial kami.

Salah satu personil kami sudah mendatangi stasiun Jombang pada tanggal 7 Juni dan mengisi lembar pemesanan tiket. Setelah dilihat, pelayan loket menuliskan dilayani tanggal 21 Juni jam 07.00. Yang berarti tiket baru bisa dibeli H-7 keberangkatan.

Akhirnya, salah satu personil kami meninggalkan loket pemesanan tersebut. Tetapi saat keluar, ada spanduk bertuliskan bahwa tiket KA Eksekutif, KA Bisnis dan Ekonomi untuk jarak jauh dan menengah bisa dibeli H-90 sebelum keberangkatan. Oleh karena masih ada beberapa urusan, personil kami meninggalkan stasiun dan berencana kesana lagi sebelum tanggal 21.

Tanggal 19 siang, personil tadi kembali ke loket pemesanan KA Ekonomi di stasiun Jombang, dan menunjukkan lembar pemesanan tiket yang kemarin. Jawabannya masih sama, bahwa tiket untuk keberangkatan tanggal 28 Juni baru bisa dibeli H-7. Ketika personil kami menanyakan kenapa ada spanduk bertuliskan H-90 tiket Ekonomi sudah bisa dibeli, sang petugas beralasan bahwa itu untuk KA Ekonomi AC. Akhirnya personil kami pulang.

Di tanggal 21 Juni, jam 03.30 pagi, personil kami yang lain sudah mengantri di loket tersebut, dan orang yang mengantri sudah lumayan jumlahnya. Padahal loket baru dibuka jam 07.00 pagi. Karena taat aturan, personil tersebut antri dan menunggu dengan sabar, sampai loket dibuka jam 07.00.

Tetapi, baru sampai jam setengah delapan, dan antrian baru berkurang belasan orang, tiket sudah dinyatakan habis. Kemudian loket ditutup. Anehnya, waktu teman kami menanyakan informasi KA Ekonomi lainnya, seperti Matarmaja dan Brantas, kereta-kereta tersebut juga dinyatakan habis tiketnya.

Di sisi lain, personil kami lainnya, pada minggu 17 Juni 2012 mendapat informasi dari Indomaret Sumobito Jombang, bahwa tiket KA. Gayabaru ekonomi bisa dibeli di minimarket tersebut. Harga tiketnya Rp45.000 (selisih sekitar 10ribu dari tiket resmi) dengan ketersediaan tinggal 160 tiket.

Bagi kami hal ini sangatlah aneh. Keanehan tersebut yaitu:

1. Jika tiket baru bisa dibeli H-7, mengapa dipasang spanduk bahwa Tiket segala KA sudah bisa dibeli H-90 di depan stasiun Jombang? Bagaimana pihak KAI bisa menjelaskan pada setiap orang, bahwa ada kereta-kereta tertentu yang mendapatkan pengecualian?

2. Jika tiket baru bisa dibeli H-7, mengapa Indomaret sudah bisa menjual tiket untuk keberangakatan tanggal 28 Juni di tanggal 17 Juni yang masih 11 hari menjelang berangkat?

3. Jika tiket bisa dibeli secara online, kenapa saat personil kami datang tidak langsung diberitahu bahwa pembelian tiket bisa dilakukan secara online atau di indomaret? Mengapa malah menyarankan kami untuk datang di tanggal 21 Juni, yang ternyata di hari itu, orang yang mengantri sudah sangat banyak, bahkan dari sejak malam sebelum tanggal 21 Juni? Di mana rasa kemanusiaan orang-orang KAI melihat para pengantri itu sejak malam sudah mengantri tiket, yang loketnya saja baru buka jam 07.00 pagi?

4. Ada apa dengan semua ini? Maka, tidaklah salah jika kami kemudian berasumsi bahwa ada mafia-mafia tiket di dalam tubuh KAI, khususnya di stasiun Jombang yang memainkan kebutuhan orang akan tiket kereta ini untuk keuntungan pribadinya. Mengapa belum ada perubahan mendasar terkait kinerja petugas KAI, terutama di stasiun Jombang setelah belasan tahun?

Perlu diketahui, salah satu personil kami yaitu Ibu Kurnia Sari Nk, pernah mengirimkan surat serupa kepada beberapa media di tahun 1995 (waktu itu beliau lulus SMA). Kurang lebih persoalannya sama, yaitu tentang mafia tiket di stasiun Jombang. Dan saat itu, surat tersebut direspon dengan datangnya seorang pejabat DAOP VII Madiun dan seorang petugas di kereta ybs ke kediaman beliau di Jakarta untuk mengklarifikasi persolan tersebut.

Kami berharap, surat dan teguran kami ini menjadi pelajaran berharga (lagi) kepada pihak PT.KAI-terutama stasiun Jombang- untuk memperbaiki layanannya terhadap masyarakat. Janganlah karena kami hanya mampu membeli tiket kelas ekonomi, maka layanan kepada kami dipersulit. Sedangkan, kami adalah juga warga negara Indonesia yang membayar pajak maupun retribusi, dan berusaha menaati peratutan yang berlaku.

Jombang, 21 Juni 2012

Rumah Ilmu Insan Mulia Jombang

ttd

Kurnia Sari NK, SPd.

Tembusan:

1. Menteri BUMN Republik Indonesia

2. Menteri Perhubungan Republik Indonesia

3. Kepala PT. Kereta Api Indonesia

4. Kepala DAOP VII Madiun

5. Kepala Stasiun Kereta Api Jombang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement