Rabu 30 Jan 2019 18:18 WIB

Kurikulum Pendidikan Ala Abbasiyah

Hampir di seluruh wilayah Abbasiyah berdiri berbagai macam lembaga pendidikan.

Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinasti Abbasiyah amat memperhatikan perkembangan pendidikan. Hampir di seluruh wilayah Abbasiyah berdiri berbagai macam lembaga pendidikan yang tersebar di perkotaan dan pedesaan.

Para pelajar berlomba untuk menuntut ilmu di lembaga-lembaga tersebut. Mereka mendatangi pusat-pusat pendidikan dan meninggalkan kampung halamannya.

Kemajuan lembaga pendidikan Abbasiyah tak lepas dari penataan kurikulum yang baik.

Dilansir dari Ensiklopedia Peradaban Islam karya Dr Syafii Antonio, ada dua jenis kurikulum di madrasahmadrasah, kurikulum pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Kurikulum pendidikan rendah bentuknya bervariasi, tergantung pada tingkat kebutuhan masya rakat. Namun, secara umum, materi yang diajarkan, yakni pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadis, prinsip-prinsip dasar matematika, dan syair.

Ada juga kurikulum yang menambahkan ilmu nahwu dan cerita-cerita kepahlawanan Islam. Kurikulum yang berbeda juga dibangun, yakni sebatas menghapal Alquran dan mengkaji dasardasar ajaran Islam.

Sementara itu, kurikulum pendidikan tinggi dibagi menjadi dua jurusan, yakni ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Kuri ku lum agama terdiri atas fikih, nahwu, ka lam, kitabah, dan lainlain. Sementara itu, matematika, logika, ilmu angka, geometri, astronomi, musik, aritmatika, hukum-hukum geometri, dan sebagainya.

Sekolah-sekolah Abbasiyah dibagi men jadi beberapa tingkatan. Pertama, sekolah tingkat rendah, sekolah tingkat menengah, dan perguruan tinggi. Se kolah tingkat rendah berlangsung di Kuttab.

Sementara, sekolah tingkat menengah diadakan di masjid. Ke mudian, pendidikan tinggi dilakukan di tem pat-tempat tertentu, seperti di Baitul Hikmah di Baghdad dan Dar al-Ilm di Kairo, Mesir.

Para pelajar pada zaman Dinasti Ab basi yah juga beruntung karena memiliki perpustakaan amat besar yang ber nama Baitul Hikmah. Di dalam Baitul Hikmah, para pe lajar dan masyarakat tidak hanya membaca buku. Mereka menjadikan perpustakaan sebagai tempat belajar mengajar, bertukar informasi, dan berdiskusi.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement