REPUBLIKA.CO.ID, Menurut perencana keuangan Aidil Akbar Madjid, cara terbaik mengurus keuangan adalah dengan menyisihkan tabungan dalam bentuk investasi. Tanpa investasi, ia meyakini, akan sulit memenuhi kebutuhan seiring kenaikan inflasi.
Dana berinvestasi bisa didapat dengan memangkas penghasilan. Berapa besar yang idealnya? Aidil menegaskan jumlahnya minimal 15 persen dari gaji. Menyisihkan 10 persen dari gaji dipandangnya tidak cukup. “10 persen itu angka dari barat, bukan untuk Indonesia,” jelas dia. Negara barat mengalami inflasi setiap tahunnya tidak lebih dari empat persen. Sedangkan, Indonesia lebih dari itu. Penyisihan 10 persen dari gaji untuk tabungan tidak akan cukup.
Inflasi yang paling nyata di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan. Pada 20 tahun yang lalu, biaya menempuh gelar S-1 di bangku perkuliahan sekitar jutaan rupiah. Bahkan, ada yang di bawah angka tersebut untuk kampus negeri. Tapi, saat ini tak cukup merogoh kocek hanya jutaan. Minimal, puluhan juta hingga ratusan juta demi mendapat gelar sarjana. Pasangan yang saat ini baru menikah dan akan punya anak dipastikan membutuhkan banyak uang untuk membiayai pendidikan anaknya. “Minimal Rp 3 miliar untuk sampai ke tingkat sarjana,” kata Aidil.
Miliaran rupiah itu dikatakan Aidil tak mungkin terkumpul dalam waktu singkat. Tapi, investasi membantu mengumpulkan miliaran rupiah lebih mudah. Investasi dana pendidikan sebaiknya bukan dalam bentuk campuran. Memilih produk investasi murni menjadi solusi terbaik. Produk pasar modal, seperti saham atau obligasi bisa menjadi pilihan. Tapi, jumlahnya yang tinggi memang memberatkan. Sehingga, seorang investor tidak mungkin berupaya sendiri. Produk saham turunan, seperti reksadana saham kemudian bisa dipilih. Selain jenis investasi lain, seperti properti, tanah, atau logam mulia.
Dalam memilih reksadana, sebaiknya para pemula tepat sasaran. Aidil menyarankan mencari reksadana yang masuk dalam kriteria setidaknya lima besar terbaik dalam 10 tahun terakhir. Tolok ukur tersebut menandakan reksadana yang diincar sudah melewati satu batas krisis ekonomi yang diprediksi muncul 10 tahun sekali. Akan lebih ideal lagi apabila sudah melewati dua kali masa krisis.
Intinya, semua perencanaan tersebut sangat mudah dijalankan. Tak perlu modal banyak, hanya memerlukan kelapangan hati dan kesabaran dalam menjalankan. Jangan pula mencoba menikung dari aturan yang telah ditetapkan. “Hati dan pikiran harus sejalan,” saran Aidil.