Jumat 11 Aug 2017 13:38 WIB

Mahasiswa UGM Kembangkan Aplikasi Pendeteksi Vaksin Palsu

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Tenaga medis dari Suku Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta memberikan vaksin Polio kepada balita korban vaksin palsu saat pelaksanaan vaksinasi ulang di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Senin (18/7).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
[ilustrasi] Tenaga medis dari Suku Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta memberikan vaksin Polio kepada balita korban vaksin palsu saat pelaksanaan vaksinasi ulang di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Senin (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Merebaknya peredaran vaksin palsu salah satunya dikarenakan sulitnya pengawasan secara langsung Badan Obat dan Makanan (BPOM). Kondisi itu mendorong lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada UGM) merancang aplikasi pendeteksi keaslian vaksin.

Lima mahasiswa itu di antaranya Almantera Tiantana Al Faruqi dan Aditya Laksana dari Teknologi Informasi, serta Novrizal Dwi Rozaq, Anggito Kautsar dan Musthafa Abdur Rosied dari Teknologi Elektro. Aplikasi dirancang dengan basis Internet of Things (IoT).

Aplisin, merupakan solusi pengawasan peredaran vaksin palsu melalui aplikasi yang mereka tawarkan. Novrizal Dwi Rozaq menuturkan, aplikasi ini dapat digunakan untuk melakukan cek keaslian vaksin secara mudah dan praktis.

"Dengan memanfaatkan teknologi IoT masyarakat dapat melakukan pengecekan secara mandiri sebelum melakukan vaksinasi, kita berharap Aplisin dapat menjadi solusi mengurangi peredaran vaksin palsu di tengah masyarakat," kata Novrizal, Jum'at (11/8).

Cara kerja aplikasi ini adalah, pasien dapat memriksa keaslian vaksin dengan melakukan pemindaian QR Code, yang terdapat di botol vaksi dengan aplikasi Aplisin. Hasil pemindaian akan diverifikasi dan sistem akan mengkonfirmasi bila QR Code terdaftar di basis data.

"Jika QR Code tidak terdaftar di basis data, bisa disimpulkan vaksin itu merpakan palsu dan pasien bisa melapor langsung ke BPOM melalui aplikasi ini dengan menunjukkan lokasi ditemukannya vaksin palsu tersebut," ujar Novrizal.

Sementara, Aditya Laksana Suwandi menambahkan, vaksin yang telah dilakukan uji yaitu malaria dan demam berdarah. Walau masih di tahap prototipe, inovasi ini sudah terpilih untuk bersaing di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pinmas) di Makassar.

"Harapannya, kita bisa bekerjasama dengan BPOM dan perusahaan produsen vaksin untuk membaut QR Code, karena ini semua untuk mempermudah seluruh lapisan masyarakat agar dapat melakukan verifikasi sendiri," kata Aditya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement