Senin 27 Nov 2017 18:01 WIB

Puasa Daud Jadi Cara Terbaik Turunkan Berat Badan

Rep: Dea A Soraya/ Red: Indira Rezkisari
Menurunkan berat badan
Foto: pdpics
Menurunkan berat badan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa selang-seling (Intermitter Fasting) atau di Indonesia disebut Puasa Daud dikategorikan sebagai jenis diet yang berkembang pesat dan cara menurunkan berat badan yang cukup populer. Bukan hanya bagi orang Indonesia, 'Intermitter Fasting' juga menjadi kosa kata dengan 246 ribu pencarian di situs Google.

Para ilmuan dan ahli gizi mengatakan bahwa Intermitter Fasting dapat menjadi cara yang mudah untuk Anda yang sedang menjalani program penurunan berat badan. Bahkan buku seperti 'Eat Stop Eat' dan 'The 8 Hour Diet' juga menjadi buku terlaris yang menerangkan efektifnya puasa. Menurut pendiri stayfitcentral.com, Curt Pedersen yang telah menjalankan Intermitter Fasting selama dua tahun mengaku telah menurunkan bobot sekitar 30 kilo atau 70 pon tanpa perlu memikirkan jumlah kalori, karbohidrat atau makanan yang dikonsumsinya dalam sehari.

Intermitter Fasting tidak dijalankan seperti halnya puasa umat Muslim saat menjalankan bulan Ramadhan. Saat menjalankan Intermitter Fasting, bisa bebas menentukan sendiri waktu puasa. Biasanya antara 16-20 jam dan hanya makan selama 4-8 jam sehari. Saat menjalankan Intermitter Fasting, juga dapat makan makanan rendah kalori seperti sayuran, dan air putih. Tentu ini sedikit berbeda dengan peraturan puasa bagi umat Muslim yang mewajibkan untuk menahan lapar dan dahaga saat menjalankan puasa.

Menurut pengalamannya, Pedersen menyarankan untuk menjalankan waktu puasa mulai dari pukul 20.00 WIB hingga 16.00 WIB di keesokan harinya. Meskipun begitu, Pedersen tetap menyantap sarapan pada pagi hari, dan melanjutkan puasanya pukul 08.00 WIB. Waktu terbaik untuk memulai Intermitter Fasting adalah mulai dari pukul 13.00 WIB hingga 12.00 WIB di keesokan harinya, dan puasa tersebut dilakukan berkelanjutan selama satu hingga dua minggu pertama.

"Jika telah terbiasa, maka tambahkan 30 menit ke setiap waktu puasa hingga anda dapat melakukan puasa selama 20 jam sehari," kata dia, dilansir Lifehack.

Petersen menekankan tidak perlu langsung melakukan puasa yang dapat menyebabkan tubuh lemah. Cukup lakukan secara perlahan dengan berpuasa dua hingga tiga hari saja selama seminggu hingga terbiasa. Dia juga menekankan bahwa selama berpuasa, bukan berarti tidak dapat makan dan minum namun hanya menggantinya dengan makanan rendah kalori, khususnya sayuran.

"Semakin banyak waktu yang Anda gunakan untuk berpuasa, maka akan semakin baik hasil yang akan Anda dapatkan," kata Pedersen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement