Jumat 31 Mar 2017 10:28 WIB

Cara Praktis Mengidentifikasi Gangguan Bipolar

Rep: Rr Laeny Sulistywati/ Red: Indira Rezkisari
Gangguan kesehatan mental ada beragam, salah satunya bipolar.
Foto: Pixabay
Gangguan kesehatan mental ada beragam, salah satunya bipolar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) A A A Agung Kusumawardhani mengatakan, terlambatnya diagnosis gangguan bipolar yang tepat sangat mempengaruhi predikisi penyakitnya atau prognosis. Bipolar memang kerap disalahartikan sebagai depresi, kecemasan, skizofrenia, penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian. Bahkan kesalahan diagnosis sebagai depresi unipolar terjadi pada 37 persen kasus.

"Padahal, gangguan bipolar merupakan penyakit yang bersifat kronik, serius, dan sering berpotensi fatal bunuh diri. Namun dengan penegakan diagnosis yang tepat serta terapi berkelanjutan, bipolar dapat dikendalikan," katanya.

Ia menjelaskan, salah satu cara untuk menentukan kasus bipolar dengan tepat dapat melakukan skrining menggunakan mood disorder questionaire (MDQ) yang bisa dilakukan psikiater. Selain itu deteksi dini serta dukungan lingkungan juga penting.

Ia menyebutkan, cara praktis untuk mengidentifikasi apakah seseorang berpotensi mengalami bipolar yaitu mengetahui kebiasaan seseorang yang secara klinis mengalami depresi. Tetapi dalam riwayatnya ditemukan tiga atau lebih episode depresi berat yaitu kondisi depresi tidak membaik walau telah diterapi degan tiga jenis antidepresan, gagal menjalani tiga perkawinan atau lebih, menjalani tiga profesi sekaligus, menyalahgunakan tiga macam zat, berperilaku impulif seperti judi, seks, bahkan memiliki tiga kekasih atau lebih.

Sementara itu Kepala Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Iman Firmansyah mengakui, bipolar adalah salah satu masalah kejiwaan yang tidak sederhana dan tidak mudah ditegakkan diagnosanya. Bahkan, untuk mendiagnosanya membutuhkan waktu bertahun-tahun.

"Namun, masalah penyalahgunaan zat sangat erat berhubungan dengan gangguan bipolar. Penyalahgunaan zat pada gangguan bipolar lebih banyak dari gangguan jiwa lainnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement