Rabu 25 Jan 2017 06:20 WIB

Implan Koklea Harapan Baru Atasi Ketulian

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sakit telinga pada anak tidak selalu perlu diobati dengan antibiotik.
Foto: homeremediesforlife
Sakit telinga pada anak tidak selalu perlu diobati dengan antibiotik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data WHO, satu dari 1.000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran sejak lahir tak hanya dapat membatasi produktivitas dan merenggut kemampuan berbicara tetapi juga dapat membuat penderitanya merasa terisolasi dari lingkungan.

"Dampak yang ditimbulkan akibat gangguan pendengaran cukup luas dan berat jika tidak ditangani dengan tepat, yaitu mengganggu perkembangan kognitif, psikologi dan sosial," kata spesialis telinga hidung dan tenggorokan bedah kepala leher dari RS Cipto Mangunkusumo Harim Priyono saat ditemui di RSCM Kencana, Selasa (24/1).

Pada dasarnya ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan pendengaran atau ketulian, salah satunya dengan menggunakan alat bantu dengar (ABD). Akan tetapi, ada kondisi di mana ketulian tak lagi bisa dibantu dengan ABD dan saraf pendengaran tak dapat diperbaiki dengan operasi. Dalam kondisi ini, teknologi implan koklea menjadi angin segar yang memberi harapan untuk mendengar.

Melalui operasi koklea, elektroda atau implan koklea ditanamkan di telinga dalam. Elektroda ini berfungsi untuk menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran. Dengan begitu, keberadaan implan koklea ini memungkinkan pasien untuk mendengar dengan baik.

Operasi koklea hanya diperuntukkan bagi penderita tunarungu yang tidak tertolong dengan pemakaian ABD biasa. Harim mengatakan operasi ini memiliki risiko yang cukup rendah karena dilakukan pada pasien dengan kondisi tubuh normal, tidak sakit.

"Operasi implan koklea ini pada pasien sehat, bukan tindakan operasi pada penyakit sehingga kita kerjakan pada situasi badan pasien yang normal," tambah Harim.

Harim mengatakan implantasi koklea sudah menjadi prosedur yang cukup sering dilakukan di Indonesia. Di RSCM Kencana, lanjut Harim, usia termuda yang menjalani implantasi koklea ialah 12 bulan dengan berat badan terkecil 7 kg.

Pemasangan implan koklea berhasil membantu anak laki-laki dari Wira Sinaga yang mengalami gangguan pendengaran sejak kecil. Wira mengatakan putranya dinyatakan memiliki gangguan pendengaran pada usia 2,5 tahun. Meski menggunakan ABD, hingga usia lima tahun anak Wira belum bisa berbicara.

Setelah melakukan implantasi koklea pada usia lima tahun, anak Wira mulai menunjukkan kemajuan dalam komunikasi. Saat ini, di usia yang ke-11 tahun, anak Wira tak hanya lancar berbicara bahasa Indonesia dengan artikulasi yang jelas, tapi juga memiliki kemampuan menonjol dalam bahasa Inggris dan Cina.

"Sekarang sudah jelas bicaranya. Artikulasi 'r', 's', semua jelas," kata Wira.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement