Senin 04 Jan 2016 08:26 WIB

Tak Bisa Pisah dengan Gadget? Hati-hati Terkena Sindrom Phubbing

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Gadget seperti dua sisi pisau, fungsinya bisa memberi efek positif termasuk negatif.
Foto: pixabay
Gadget seperti dua sisi pisau, fungsinya bisa memberi efek positif termasuk negatif.

REPUBLIKA.CO.ID, Studi mengungkapkan sesuatu yang umum diketahui, namun sering disangkal, yaitu Anda memiliki kecanduan atau ketergantungan berlebih tehadap ponsel. Penelitian di Inggris mengungkapkan rata-rata wanita di Inggris menggunakan ponsel pintar (smartphone) hingga 100 kali sehari.

Jutaan pria dan wanita zaman sekarang begitu kecanduan teknologi, seperti mengirim pesan teks, email, mengirim tweet, mengunggah foto di Instagram, atau memperbaharui status di laman Facebook. Ini dikenal dengan sebutan 'phubbing' alias 'phone snubbing.' Anda memperlakukan ponsel layaknya keluarga, teman, sahabat, bahkan pasangan.

"Phubbing menyebar luas di seluruh dunia. Bayangkan saja, miliaran pasangan mata duduk diam menatap ponselnya. Hubungan sosial terjalin berdasarkan update status. Kemampuan berbicara atau berkomunikasi tatap muka benar-benar hilang. Ini harus diubah dan harus dilakukan sekarang," tulis penelitian tersebut, dilansir dari The Fuss, Senin (4/1).

Peneliti Nestle Fitness, Profesor Spiegelhalther mengatakan phubbing membuat seseorang tak lagi bisa memisahkan kehidupan pribadi dengan sosial. Semua bercampur dan bisa diketahui publik.

(baca jjuga: Waspada, Cyber Sickness Intai Pengguna Gadget)

Salah satu ciri-ciri seseorang kecanduan ponsel adalah merasakan takut berlebihan jika gadget tersebut tak di sampingnya. Mereka lebih cepat memperbaiki ponselnya jika rusak ketimbang ke rumah sakit memeriksakan kesehatannya.

Empat dari 10 wanita mengaku mereka bersedia menepikan mobilnya di jalan raya atau sambil mengemudi hanya untuk memeriksa kotak pesan, membalas whatsapp, atau memeriksan grup chatting. Peneliti di Durham University, Mark McCormak mengatakan teknologi telah merevolusi hidup manusia pada tingkat yang lebih jauh. Sebanyak 40 persen dari mereka yang diwawancarai -pasangan berusia 18-55 tahun- mengatakan mereka bahkan menunda aktivitas seksual dengan pasangan hanya karena teknologi, misalnya mengangkat telepon dan membalas pesan.

"Media sosial bagus untuk tetap memelihara komunikasi dengan keluarga dan teman-teman, namun juga bisa menjadikan hubungan kian tegang," katanya.

Kepala Hukum Bidang Keluarga di Slater and Gordon, Andrew Newburry mengatakan lima tahun lalu Facebook dicap sebagai salah satu penyebab berakhirnya pernikahan banyak pasangan. Kini, Facebook juga bisa menjadi alasan pasangan bercerai.

"Dengan lebih dari 556 juta orang menggunakan Facebook setiap hari, cara kita menjalani kehidupan juga hubungan pernikahan berubah drastis. Media sosial seakan menjadi 'ranjau' pernikahan baru. Media sosial, khususnya foto dan status Facebook kini memicu banyak kasus perceraian," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement