Jumat 21 Nov 2014 12:50 WIB

Operasi Ubah Suara Jadi Tren Terbaru

Rep: C69/ Red: Indira Rezkisari
.
Foto: pixabay
.

REPUBLIKA.CO.ID, Orang-orang di Cina menjalani operasi berisiko untuk membuat suara mereka lebih maskulin atau feminin. Operasi suara saat ini memang sedang naik daun dalam pasar bedah kosmetik terbaru.

Berdasarkan laporan Dailymail, menurut seorang dokter, pasien yang berminat biasanya mereka yang telah melakukan operasi ganti kelamin. Adapula pasien yang datang karena memang suaranya mengalami  kerusakan akibat kecelakaan atau bawaan lahir.

Anehnya, oprasi ini tetap diminati meski risiko yang diketahui dapat menyebabkan hilangnya suara sama sekali, serta pneumonia. Akademisi mengatakan meningkatnya popularitas prosedur ini menunjukkan masyarakat Cina barada di bawah tekanan agar sesuai dengan stereotip gender.

Salah satu orang yang menjalani operasi, Lu Xiang ( 23), mengatakan dirinya selama ini diejek karena memiliki suara wanita yang melengking tinggi. "Selama bertahun-tahun, teman sekelas dan rekan-rekan saya mengolok-olok saya karena suara saya, memanggilku banci," kata Lu.

Kondisi ini menurutnya membuat ia tidak bisa mendapatkan seorang kekasih yang baik. Menurutnya, perempuan, selama ini tidak bisa melihatnya sebagai pria sejati karena jenis suaranya itu.

Suaranya memang tidak berubah menjadi dalam saat pubertas, sebagaimana laki-laki. Ia yang bekerja sebagai operator call center sering dikira wanita karena ini. Bahkan lebih jauh, orang sering menganggapnya gay karena cara ia berbicara. Jadi, biarpun tahu risikonya, ia tetap memutuskan untuk pergi mengoperasi dirinya untuk membuat suaranya lebih rendah.

Operasi ini dilakukan dengan memotong segmen tulang rawan dari laring. Selanjutnya juga dilakukan dengan menyuntikkan botox ke pita suaranya . “Botox menyebabkan pita suara menjadi lebih pendek dan lebih longgar, juga memperdalam suara,” jelas ahli bedah THT, Alasdair Mace, di rumah sakit Charing Cross di London.

Ia menjelaskan, pita suara melekat pada bagian tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda. Ini yang disebut dengan tulang rawan tiroid. Jika bagian itu dipotong sedikit dan dijatuhkan ke belakang, bagian yang pendek itu nantinya akan membuat pita suara kaku. Ini menjadikan suara akan terdengar lebih dalam.

Penyuntikan botox, mebuat pita suara lebih pendek, datar dan suara menjadi lebih dalam. Namun, injeksi botox ini hanya bersifat sementara. Botox hanya bersifat  melumpuhkan otot. Efeknya hanya terjadi tiga sampai enam bulan. “Itulah kenapa orang harus kembali untuk menginjeksi lagi,” terang Mace.

Di sini, sebenarnya pasien berisiko akan kehilangan suara sementara dan infeksi paru. Ini terjadi jika seseorang terlalu sering melemahkan pita suara. Bagian ini nantinya tidak bisa bersatu dan pasien akan kehilangan suara mereka.

Katanya, pada dasarnya pita suara memiliki fungsi sebagai pelindung paru. Ini melindungi dari hal berbahaya yang masuk. Bahkan hewan yang tidak bisa berbicara pun memiliki alat ini. Maka radang paru akan bisa terjadi jika pita suara dilumpuhkan. “Orang yang melakukan ini tahu risikonya,” tambahnya.

Hingga kini, menurut laporan seorang dokter di Cina, permintaan untuk operasi terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan ia mengatakan dirinya telah melakukan lebih dari 200 operasi vocal selama empat tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement