Senin 23 Jun 2014 13:42 WIB

Orang Indonesia Perokok Terbesar di Dunia

Rep: c80/ Red: Muhammad Hafil
Merokok
Foto: VOA
Merokok

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Indonesia mendapatkan predikat dengan jumlah perokok terbesar didunia. Hal tersebut didasarkan pada statistik bahwa jumlah perokok di Indonesia mencapai 60 juta jiwa lebih.

" Saat ini Indonesia menjadi negara dengan perokok terbesar didunia dengan total mencapai 66 juta jiwa perokok aktif," kata Menteri Kesehatan, Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A. MPA, saat ditemui Republikaketika melakukan kunjungan kerja ke RSUD kota Tangerang, Modern land, Senin ( 23/6).

Menkes mengatakan bahwa sebagaian besar perokok tersebut merupakan anak - anak muda. Sisanya didominasi oleh masyarakat kelas menengah kebawah. 

" Sebagaian besar didominasi terutama oleh kaum muda. Sisanya masyarakat kurang mampu seperti petani, nelayan dan buruh," kata Menkes.

Nafsiah menambahkan, Saat ini terdapat 97 juta perokok pasif yang terpapar akibat asap rokok. Sedangkan 43 juta anak - anak terancam kesehatannya karena terkena asap rokok.

Untuk itu lanjut Menkes, pemerintah menyediakan 1000 puskesmas dan 200 rumah sakit untuk membantu perokok aktif yang ingin berhenti merokok melalui bimbingan konseling.

Namun, Menkes berpesan bahwa untuk dapat berhenti merokok. Masyarakat harus menumbuhkan kesadaran akan bahaya rokok dan dengan kemauan yang kuat.

" Kita tidak bisa melakukan itu sendiri. Harus dari diri mereka masing - masing memiliki tekad yang kuat," tegas Nafsiah.

Hal tersebut disampaikan menkes atas dasar kekhawatirannya akan meningkatnya jumlah perokok yang berasal dari anak muda terutama perempuan.

" Untuk jumlah perokok kami sangat prihatin dengan pertumbuhan perokok perempuan yang mencapai 10 kali lipat dari 1,3 persen menjadi 13 persen," tambahnya.

Nafsiah mengharapkan, terutama menyambut bulan suci ramadhan menjadi Media bagi masyarakat untuk mengurangi rokok bahkan berhenti mengkonsumsi rokok.

" Sebentar lagi kan puasa, harus jadi motivasi bagi masyarakat untuk stop merokok," ujarnya.

es, bahkan penyakit paru kronik," tutup Menkes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement