Ahad 29 Apr 2012 15:23 WIB

Gara-gara Obat Pelangsing

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Heri Ruslan
diet
diet

REPUBLIKA.CO.ID, Keinginan Dian Kristiana Handayani untuk bisa lebih langsing begitu besar. Penyelia pemasaran di perusahaan properti itu pernah mencapai bobot 95 kg setelah melahirkan putri pertamanya pada 2007 di Oman. “Berat badan saya turun 15 kg hanya dengan meminum teh hijau Cina.”

Pulang ke Tanah Air pada 2008, Dian beralih ke diet karbohidrat dan berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan saran pengaturan pola makan. Hanya saja, ia tak merasakan hasil yang signifikan. “Pada 2010, saya datang ke dokter ahli kecantikan untuk mendapatkan resep obat pelangsing.”

Dalam seminggu, Dian dua kali mendapatkan suntikan penghancur lemak dan mendapatkan obat-obatan pelangsing. Biaya sekali suntik sekitar Rp 200 ribu. Biaya obat-obatannya mencapai Rp 1 juta untuk sebulan. “Suami mempertanyakan biru-biru di kulit badan saya,” tutur istri dari Sunu Prabowo ini.

Tiap hari, secara berturut dari pagi hingga malam, Dian minum pil penahan lapar, pil penghancur lemak, dan pil pembersih perut. Hasilnya, berat badannya turun menjadi berkisar antara 53-55 kg. Tetapi, efek buruknya makin terasa oleh Dian. “Saya kehilangan nafsu makan, lemas, menstruasi tidak teratur, dan mudah terpancing emosi.”

Ketika hamil anak kedua, di akhir 2011, Dian menghentikan obat pelangsingnya. Tetapi, efeknya masih tersisa. Dia mengalami keguguran. Dokter kandungan menduga kejadian itu terkait efek obat pelangsing yang dulu rutin ditenggaknya. “Sejak mengikuti terapi kehamilan pada Januari 2012, beratnya saya naik jadi 62 kg,” ungkap Dian yang bertekad mengawal kehamilannya dan kembali berdiet usai melahirkan dengan menjaga pola makan dan olahraga.

Berhenti Diet

Moniqca Eka Restu tak lagi bisa berpetualang mencoba aneka jenis diet. Penyakit radang lambung membuatnya harus sering makan. Dia pun harus puas dengan bobot 70 kg. “Sebelumnya, berbekal informasi dari majalah atau internet, saya diet dengan tidak mengonsumsi nasi atau karbohidrat lain, diet sesuai golongan darah, dan menggunakan suplemen seharga Rp 200 ribu,” kenang perempuan dengan tinggi badan 155 cm yang berdomisili di Bali ini.

Agar beratnya tak naik lagi, lima tahun terakhir Moniq melewatkan makan malam, tidak makan berlebihan, dan makan tepat waktu. Perempuan berusia 25 tahun ini juga rajin berolah raga. “Dari pengalaman, saya sebetulnya cocok dengan diet nasi dan daging serta membatasi konsumsi gula dan garam.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement