Senin 10 Oct 2011 16:55 WIB

Memprihatinkan, Tren Penyakit Thalasemia Terus Meningkat

Grafik Thalasemia
Grafik Thalasemia

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Ketua Umum Perhimpunan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) cabang Bogor dr Djoko Setionegoro menyebutkan, tren peningkatan penyakit thalasemia dikalangan masyarakat terus meningkat setiap tahunnya.

"Peningatakan tiap tahunya mencapai 5 hingga 10 persen di Indonesia, sedangkan di Jawa Barat, setiap 3.000 kelahiran bayi, kemungkinan 300 bayi diantaranya menderita penyakit thalasemia tersebut," kata dr Djoko Setionegoro, di Bogor, Senin.

Djoko menjelaskan, pengenalan tentang thalasemia masih kurang ditengah masyarakat. Banyak masyarakat yang belum mengenal penyakit kelainan darah tersebut.

Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orang tua secara genetik yang dibedakan menjadi thalasemia minor (pembawa sifat/hidup normal) dan Thalasemia mayor (memerlukan transfusi darah).

Di wilayah Bogor sendiri penderita thalasemia cukup banyak. Berdasarkan data dari POPTI cabang Bogor, jumlah penderita thalasemia sebanyak 244 orang.

Penyakit ini menyerang siapa saja, mulai dari usia enam bulan hingga 33 tahun. Penyakit ini membuat penderitanya bergantung pada transfusi darah.

Para penderita Thalasemia memang hidup dari transfusi darah. Namun transfusi tersebut membawa efek yang kurang baik bagi penderita, seperti zat besi dalam tubuh penderita meningkat.

"Dalam beberapa kasus, kelebihan zat besi bisa menyebabkan penggelapan warna kulit, tapi jika zat besinya sudah membungkus jantung maka akan sangat berbahaya," katanya.

Untuk mengatasi kelebihan tersebut,maka penderita harus diberikan obat kelasi besi yang berfungsi sebagai pengikat dan membuang kelebihan zat besi tersebut yang diberikan secara teratur dan terus menerus.

Djoko mengatakan, salah satunya cara untuk mencegah perkembangan Thalasemia di tengah masyarakat adalah dengan melakukan cek kesehatan (cek darah) khususnya bagi para pasangan yang hendak menikah.

Menurut Djoko pemeriksaan kesehatan pra nikah sangat penting mengingat Thalasemia merupakan penyakit turunan genetik dari kedua orangtuanya. "Maka itu sangat penting melakukan tes darah untuk pasangan yang akan menikah untuk mengetahui riwayat kesehatan kedua orangtua tersebut," katanya.

Sementara itu, Ketua Hari POPTI cabang Bogor, Robby Kurniawan menyebutkan, selama kurun waktu dua tahun (2010-2011) Thalasemia telah merenggut empat nyawa warga Bogor dari total 244 penderita yang ada.

Menurut Robby, sebagian besar penyebab kematiannya karena terjadi komplikasi kardiovaskuler akibat transfusi darah yang tak diimbangi dengan meminum obat kelasi besi.

"Para penderita Thalasemia memang hidup dari transfusi darah, namun transfusi tersebut membawa efek yang kurang baik seperti zat besi dalam tubuh penderita meningkat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement