Jumat 01 Jul 2011 14:17 WIB

Nyanyi Lirih Terapis Musik di Iran; Menghibur, Menenangkan,dan Menyembuhkan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Krisman Purwoko
ilustrasi
Foto: alrabiya
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN--Musik dimata sebagian negara-negara Islam, utamanya Timur Tengah, begitu tabu. Alih-alih mendapatkan apresiasi, mereka yang mengemari musik terutama yang kebarat-baratan bakal mendapat kecaman dan hujatan. 

 

Kondisi itu sempat berlaku di Iran, terutama pasca revolusi Iran berlangsung. Saat itu para ulama konservatif Iran melarang musik pop lantaran dinilai tidak sesuai dengan tradisi Iran dan lebih mencerminkan budaya AS.

Larangan itu selanjutnya berdampak pada tidak diperbolehkannya penggunaan musik sebagai alternatif terapi bagi kesehatan. Faktanya, terapi musik, sebuah terapi yang umum dipraktekkan di sebagian besar dunia, sangat jarang ditemukan di Iran. 

 Sadeq Jafari, 33 tahun, salah seorang terapis musik di Iran merasakan betul larangan itu terhadap profesi yang digelutinya. Namun, Jafari tak gentar. Dia mempertaruhkan tekanan sebagian masyarakat Iran yang konservatif guna menjalankan keyakinannya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

Keteguhan Jafari berbuah manis. Yayasan Kharizak yang didirikannya hingga kini menjadi rujukan ratusan orang catat, tua dan muda yang tidak memiliki finansial untuk menjalani pengobatan. Setiap senin, puluhan duafa yang tidak sanggup membayar pengobatan modern rela antre guna mendapatkan terapi dari Jafari. 

"Saya tidak belajar musik secara formal, tapi lebih kepada latihan dan pengalaman," kata Jafari yang banyak menggunakan lagu-lagu rakyat tradisional Persia saat menyembuhkan pasiennya, seperti dilansir Alarabiya, Jum'at (1/7). 

Jafari sempat mengalami masa-masa terburuk dalam hidupnya. Kemampuannya menyembuhkan tidak diterima oleh keluarganya. Dia pun menerima kenyataan pahit bahwa keluarganya memutuskan untuk tidak lagi menganggap dirinya sebagai keluarga. 

Masa-masa kelam itu berakhir. Jafari dengan kesabaran dan ketekunannya berhasil melunakkan emosi keluarganya. Saat itu, keluarganya mengetahui bahwa Jafari menggunakan sesuatu yang terlarang untuk menyembuhkan orang lain.

Manjur

Kemampuan Jafari dalam menyembuhkan segera menyebar dari mulut ke mulut. Mereka yang pernah menjadi pasien Jafari mengatakan, terapi ini cukup sederhana tapi dampaknya terhadap penyembuhan luar biasa. Lontaran pujian dan rasa syukur tak sungkan diucapkan pasien kepada Jafari.

Reza Bakhtiari misalnya, pria berusia 30 tahun ini mengalami kelumpuhan dan hilang penglihatan. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di kamar tidur. Sehari-harinya dia hanya mendengarkan radio. Kondisi berubah drastis, ketika dia mengikuti kelas Jafari selama 3 tahun. "Sekarang saya telah menerbitkan dua buku puisi," kata dia.

Kondisi serupa juga dialami Shahram Khodaie. Dia menjadi lumpuh lantaran mengalami kecelakaan mobil. Selama sesi terapi, ia berhasil menggerakkan lehernya dan menggunakan batang besi pendek di mulutnya untuk bermain beberapa lagu dengan piano.

Meski manjur, Jafari acapkali mengalami kesulitan saat memberikan terapi. Itu dikarenakan, Jafari harus mengatasi terlebih dulu hambatan budaya, seperti misal rasa malu dari pasien perempuannya. Menurut Jafari, masyarakat Iran percaya perempuan yang mengeluarkan suara mereka akan menimbulkan masalah.

Maklum saja, Iran dalam dekade terakhir melakukan pembatasan musik yang berhubungan dengan budaya barat. Kondisi itu berpengaruh terhadap larangan perempuan untuk bernyanyi di depan laki-laki."Kami telah diberitahu musik merupakan hal dilarang. Dulu, saya begitu tertekan, tapi sekarang saya memiliki semangat tinggi, "kata  Masoumeh Salim Sediqi, 35 tahun.

Psikolog Marzieh Alaleh menyatakan bahwa musik tidak hanya memiliki fungsi menghibur. Lebih dari itu, musik memiliki efek menenangkan. Efek inilah yang selanjutnya memberikan semacam energi menyembuhkan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement