Jumat 03 Jun 2011 10:52 WIB

Bakteri E-coli Kini Menyerang Inggris

Red: cr01
Bakteri E-coli yang ditemukan di sejumlah negara Eropa berbeda dengan jenis yang ada.
Foto: BBC
Bakteri E-coli yang ditemukan di sejumlah negara Eropa berbeda dengan jenis yang ada.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Negara-negara di Eropa mewaspadai penyebaran bakteri E-coli, setelah terjadi kasus kematian di Jerman dan Swedia, akibat pencemaran bakteri tersebut. Sejumlah negara-negara di Eropa mengeluarkan larangan untuk mengimpor mentimun dari Spanyol, yang diduga tercemar bakteri E-Coli.

Sementara itu di Inggris, tiga orang terinfeksi bakteri E-coli dengan jenis yang sama dengan di Jerman, seperti disampaikan oleh Badan Perlindungan Kesehatan setempat. "Sampai saat ini, jumlah orang yang terinfeksi di Inggris mencapai tujuh orang. Tiga orang warga negara Inggris, dan empat lainnya berasal dari Jerman," demikian pernyataan badan tersebut, Kamis (2/5).

Diduga pasien yang terkena infeksi bakteri di Jerman dan membawanya ke Inggris. Tiga diantara tujuh pasien itu mengalami komplikasi yang mematikan akibat bakteri itu.

Badan Perlindungan Kesehatan menyarankan agar warga Inggris yang akan bepergian ke Jerman tidak mengkonsumsi mentimun, daun selada atau tomat dan harus segera mendapatkan perawatan medis jika mengalami diare berdarah.

Beberapa kasus infeksi bakteri E-coli ditemukan pada sejumlah pasien yang mengalami sindrom penghancuran darah merah. Gejala yang sama dengan komplikasi ginjal yang berat yang menghancurkan sel darah merah dan juga menyebabkan rasa gelisah pada penderita.

Dr Dilys Morgan, dari Badan Perlindungan Kesehatan, mengatakan bakteri seperti itu biasanya hanya terjadi pada anak-anak dan usia lanjut. "Tetapi kami melihat kondisi ini justru terjadi pada perempuan berusia muda."

Sementara menurut Professor Hugh Pennington, ahli mikrobiologis dari University of Aberdeen, penyebaran ini sangat tidak wajar dan tampaknya tidak menyasar anak-anak. "Dulu, anak-anak di bawah lima tahun mengalami masa yang sulit jika terkena bakteri ini," ujarnya.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement