Selasa 17 Aug 2010 08:19 WIB

Liburan Panjang Justru Bikin Stres, Kok Bisa?

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, jika tidak diolah dengan baik dapat mengancam produktifitas seseorang.

Namun, jeda waktu sejenak tak berarti menghabiskan waktu seminggu untuk sekedar jalan-jalan atau ke luar kota.  Sebuah studi mengungkap seseorang yang menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk berlibur tidak akan memperoleh hasil optimal sesuai yang diinginkan.

Pasalnya, dalam minggu itu, seseorang akan mengalami masalah yang sama ketika menjalani rutinitas biasa. Sebaliknya, seseorang yang menghabiskan waktu sehari untuk sekedar berjalan-jalan, belanja, nonton film atau aneka kegiatan lain jauh lebih bahagia.

Dan Ariely, salah seorang ekonom mengatakan seseorang yang berlibur panjang kemudian disisipkan dengan melakukan pekerjaan akan membuat individu lebih menghargai waktu mereka saat menjauh dari kantor. Menurut dia, kenikmatan seseorang ketika berlibur berkurang karena mereka terbiasa dengan pola liburan seperti itu.

Sementara itu, Prof Ariely, pengajar Duke University, North Carolina, menuturkan liburan panjang selama seminggu tidak lebih baik ketika seseorang berlibur selama sehari. Secara umum, kata dia, menghabiskan banyak waktu dengan mengharapkan perubahan suasana biasanya berakhir jauh dari kata puas.

Dengan kata lain, hanya sedikit manfaat yang diperoleh seseorang ketika berlibur panjang. "Liburan panjang hanya menghadirkan kenikmatan sedikit ketimbang berlibur sehari. Tentu ini sangat menarik," ungkapnya seperti dikutip dari Telegraph, Senin, (16/8).

Secara terpisah, Tim Harford, penulis Dear Undercover Economist mengatakan menambah jumlah hari libur hanya menambah jumlah stress. "Jika anda berlibur tiga hari, maka tingkat stres juga bertambah tiga kali. Saya sangat meragukan bahwa liburan panjang bakalan efektif," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement