Jumat 22 Mar 2019 13:34 WIB

UIN Suka Jalin Kerja Sama dengan Kanada

Indonesia dan Kanada memiliki banyak kesamaan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Duta Besar Kanada untuk Indonesia, H.E Peter MacArthur dan Rektor  Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga  (UIN Suka) Yogyakarta, Yudian Wahyudi, saat menjadi narasumber kuliah umum  di UIN Suka Yogyakarta.
Foto: uin suka
Duta Besar Kanada untuk Indonesia, H.E Peter MacArthur dan Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta, Yudian Wahyudi, saat menjadi narasumber kuliah umum di UIN Suka Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan Kanada dalam rangka menuju internasionalisasi. Kerja sana ini dilakukan tidak hanya terkait pengiriman dosen, namun juga untuk joint publication.

Rektor UIN Suka, Yudian Wahyudi mengatakan, salah satu target akreditasi di empat tahun mendatang yakni tercapainya sembilan kriteria standar mutu perguruan tinggi. Dalam kriteria tersebut, internasionalisasi memegang porsi hingga 40 persen.

Baca Juga

"Dengan 40 persen, sehingga tercapai tujuan sebagai world class university merupakan suatu keharusan," kata Yudian.

Duta Besar Kanada untuk Indonesia  Peter MacArthur mengatakan, banyak kesamaan yang ada di Indonesia dengan Kanada. Misalnya, kedua negara ini memiliki keindahan alam yang mempesona.

"Terdiri dari hutan, danau, sungai, pesisir, pegunungan dan satwa liar," kata MacArthur.

Tidak hanya itu, keberagaman penduduk juga menjadi ciri khas tersendiri bagi Indonesia. Yang mana, keberagaman tersebut terdiri atas berbagai etnis, budaya, agama dan berbagai macam bahasa. Keberagaman ini juga ada di Kanada.

"Keberagaman yang anda lihat saat ini adalah keputusan masyarakat Kanada, bukan semata-mata kebetulan," ujarnya.

Ia pun mengutip pidato Presiden Soekarno pada 1956 di hadapan Parlemen Kanada saat menjadi pemimpin Asia. Dalam pidatonya, Soekarno mengatakan, salah satu fenomena paling luar biasa dalam sejarah modern Indonesia yakni keberagamannya.

Walau mendiami 3.000 pulau, namun dipersatukan sebagai satu bangsa dengan tanpa tekanan, paksaan dan perang saudara. Menurut MacArthur, Indonesia dirancang oleh pendirinya sebagai bentuk gagasan hidup dari Bhinneka Tunggal Ika.

"Kata-kata tersebut lebih relevan saat ini dan dapat diterapkan pada negara kita. Keberagaman di Kanada dan Indonesia adalah sebuah fakta, tetapi inklusivitas adalah pilihan. Dan dampak dari inklusif sangat luas," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement