Perkuat Diplomasi, DPR Tuntaskan Muhibah ke Cape Town

Peran parlemen sebagai wakil rakyat di Afrika Selatan benar-benar nampak.

Jumat , 18 May 2018, 18:05 WIB
Delegasi DPR RI dipimpin Wakil Ketua Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra), Fahri Hamzah menuntaskan muhibah ke Cape Town, Afrika Selatan.
Foto: DPR
Delegasi DPR RI dipimpin Wakil Ketua Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra), Fahri Hamzah menuntaskan muhibah ke Cape Town, Afrika Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Delegasi DPR RI dipimpin Wakil Ketua Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra), Fahri Hamzah menuntaskan muhibah ke Cape Town, Afrika Selatan, untuk melakukan second-track diplomacy antara Indonesia dan Afrika Selatan. Agenda kunjungan berlangsung tiga hari mulai 14 hingga 16 Juni di Cape Town yang merupakan ibu kota legislatif Afrika Selatan.

"Muhibah ini bermakna diplomasi antarparlemen dan juga memperkuat hubungan historis Nusantara dengan Afrika Selatan yang usianya telah lebih dari tiga abad," kata Fahri Hamzah dalam pesan singkat yang diterima awak media, Jumat (18/5).

Fahri Hamzah yang juga Ketua Tim Implementasi Parlemen Modern di DPR RI itu, menjelaskan peran parlemen sebagai wakil rakyat di Afrika Selatan benar-benar nampak meskipun mereka baru pada fase 'belajar' demokrasi pasca-apartheid.

photo

"Perdebatan tentang hak-hak rakyat baik minoritas dan mayoritas berjalan keras tapi mereka menjaga alam demokrasi kondusif. Mereka juga memodernisasi parlemennya dengan baik," lanjutnya.

Afrika Selatan mengalami tiga fase kehidupan bernegara yaitu kolonial, apartheid dan demokrasi pasca-apartheid. ANC (African National Congress) sebagai partai penguasa yang dibentuk mendiang Nelson Mandela saat ini berkuasa di National Assembly & National Council of Provinces.

Selain dengan Parlemen Afrika Selatan, delegasi DPR RI juga menapaktilasi sejarah penyebaran Agama Islam di Afrika Selatan yang dilakukan pendakwah Nusantara. Mereka adalah Syeh Yusuf Al-Makassari asal Makassar, Syekh Ismail Dea Malela asal Sumbawa (NTB) dan Tuan Guru asal Tidore. Pada masa kolonialisme Belanda, mereka diasingkan dari Nusantara ke Simons Town dan Cape Town, Afrika Selatan kemudian menjadi tokoh bahkan dianugerahi gelar pahlawan di tanah baru yang mereka huni dan menjadi akar terbentuknya komunitas Muslim hingga hari ini.

Selama di Afrika Selatan, delegasi DPR RI sempat melakukan pertemuan dengan Komite Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial Parlemen Afrika Selatan di Cape Town, Rabu (16/5). Pertemuan itu membicarakan penguatan hubungan diplomatik kedua negara.

photo

Sebelumnya, delegasi DPR RI mengunjungi Heritage Museum di Simons Town, yang dikelola sebuah keluarga Muslim keturunan India, pada Selasa (15/5). "Museum ini menjaga memori masa-masa kelam Apartheid dan berkembangnya agama Islam di Afrika Selatan dan menjadi hidayah penerang Afrika Selatan hingga kini," kata Fahri.

Delegasi DPR RI yang dipimpin politikus PKS itu juga melakukan napak tilas ke makam Ismail Dea Malela, anak dari Dea Kuasa, syekh dari Sumbawa asal Bugis, yang dipenjara oleh Kolonial Belanda di Simons Town, Afrika Selatan, kemudian menyebarluaskan agama Islam dan menjadi ulama di negeri ini. Delegasi parlemen Indonesia terdiri dari Wilgo Zainar (F-Gerindra), Jazilul Fawaid (F-PKB), Muslim Ayub (F-PAN), Zainut Tauhid (F-PPP), Tamsil Linrung (F-PKS), Syafruddin Suding (F-Hanura), Akbar Faizal (F-Nasdem), serta diikuti oleh tenaga ahli, Setjen DPR dan Media.

photo