Ratusan Keris Dipamerkan di Gedung DPR

Kamis , 16 Mar 2017, 17:34 WIB
Wakil Ketua DPR Fadli Zon saat memberikan sambutan pada Pameran dan Bursa Keris Nasional, bertajuk “Pesona Keris Bali dan Lombok”, di Gedung Nusantara DPR, Senayan, Jakarta, dari 15 hingga 17 Maret 2017.
Foto: Dokumentasi DPR RI
Wakil Ketua DPR Fadli Zon saat memberikan sambutan pada Pameran dan Bursa Keris Nasional, bertajuk “Pesona Keris Bali dan Lombok”, di Gedung Nusantara DPR, Senayan, Jakarta, dari 15 hingga 17 Maret 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan Pameran dan Bursa Keris Nasional, bertajuk “Pesona Keris Bali dan Lombok”, di Gedung Nusantara DPR, Senayan, Jakarta, dari 15 hingga 17 Maret 2017. Acara ini memamerkan koleksi sebanyak 105 keris dari Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat.

 

Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, dengan adanya pameran ini, merupakan usaha untuk mengembangkan dan melestarikan keris di Indonesia. Apalagi keris sudah diakui sebagai warisan agung budaya dunia atau intangible heritage of humanity oleh UNESCO pada 2005.

“Hal ini juga sebagai komitmen terhadap pengakuan dari UNESCO itu, kita harus banyak menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk pameran, workshop, edukasi, sehingga keris ini selalu terus berkembang,” kata Fadli, usai pembukaan pameran yang dibuka langsung oleh Ketua DPR Setya Novanto, dan Wakil Ketua DPR lainnya, yakni Agus Hermanto, Fahri Hamzah, dan Taufik Kurniawan.

 

Politikus Fraksi Partai Gerindra itu menambahkan, saat ini semakin banyak orang yang mengoleksi keris, termasuk di luar negeri. Bahkan minat mengoleksi keris juga hadir di belahan Eropa dan Amerika, termasuk saat ini yang sedang gencar adalah negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

“Kita juga tidak ingin keris-keris pusaka yang lari keluar. Lebih baik keris dimiliki kolektor dalam negeri. Keris-keris baru buatan Empu atau pengrajin keris saat ini sudah cukup bagus dan indah, tersebar di berbagai daerah, juga perlu kita kembangkan sebagai bagian dari ekonomi kreatif,” jelas Fadli.

 

Fadli menjelaskan, Keris Bali dan Lombok ini merupakan salah satu kekayaan keris yang ada di Nusantara. Koleksi yang dipamerkan pun keris-keris yang sepuh dan berumur tua, bahkan telah berumur ratusan tahun dari berbagai kerajaan di Bali dan Lombok, termasuk dari koleksi para kolektor, museum, dan lainnya.

 

Politikus asal dapil Jawa Barat itu pun berharap kedepannya akan digelar pameran keris dari berbagai daerah lain di Tanah Air. Seperti dari Sulawesi dan Sumbawa, dan tahun mendatang dari Sumatra dan Jawa. Menurut Fadli, karena banyaknya koleksi dari seluruh wilayah Indonesia, maka pameran akan dibagi secara tematik.

 

“Supaya pameran ini lebih spesifik, karena keris-keris Nusantara ini kan sangat kaya. Kalau dijadikan satu, terlalu banyak. Jadi kita ingin membagi secara tematik dari berbagai kepulauan atau daerah yang memiliki tradisi keris,” tutup Fadli, yang juga merupakan Ketua Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI).

 

Sementara dalam pidato pembukaannya, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan, pameran dan bursa keris ini dapat memberikan arti yang besar pagi perkembangan perkerisan Indonesia. “Ini pameran yang kedua, mudah-mudahan ini menjadi kekuatan budaya kita, dan menyampaikan bahwa keris yang sangat memberikan arti untuk kepentingan bangsa dan negara, termasuk para Dubes, sehingga mengetahui budaya Indonesia,” ucap politikus F-PG itu.

 

Politikus asal dapil Nusa Tenggara Timur itu pun mendorong, acara ini dapat digelar setiap tahunnnya. Sebelumnya, Kepala Badan Keahlian DPR Johnson Rajagukguk melaporkan, acara pameran dan bursa keris ini didukung sebanyak 200 peserta pameran dan bursa. Keris yang dipamerkan sebanyak 105 keris.

 

“Acara ini juga mengundang duta besar negara sahabat, kementerian, kepala lembaga, Gubernur Bali dan NUT, hingga paguyuban,” jelas Johnson. Pameran dan bursa keris ini akan berlangsung dari tanggal 15 sampai 17 Maret di Gedung Nusantara, Komplek MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta.

 

Sebelum pemotongan pita peresmian pameran, acara diwarnai dengan Tarian Manggala dari Sanggar Sangging Nusantara, pimpinan I Gede Ponce. Tari Manggala merupakan tari kepahlawanan yang bernuansa klasik, dan melukiskan persiapan sekelompok pasukan perang dari Kerajaan Badung (Bandana) sebelum maju ke medan perang.