Rabu 16 Feb 2011 06:37 WIB

PWNU Jatim Kecam Penyerangan Ponpes Ma'hadatul Islamiyah

Rep: erik purnama putra/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Penyerangan ratusan massa terhadap santri Pondok Pesantren Ma'hadul Islamiyah Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) di Desa Kerep, Kecamatan Beji, Pasuruan, Jawa Timur (Jatim) hingga menimbulkan korban luka sebanyak enam santri mendapat

perhatian serius dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim. Bahkan ormas Islam terbesar di Jatim itu mengecam dan mendesak kepada aparat kepolisian supaya mengusut pelaku, serta provokator tindak kekerasan atas nama agama tersebut.

Ketua Tanfidiyah PWNU Jatim, KH Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan telah memerintahkan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan supaya melakukan klarifikasi, apakah dalam penyerangan itu melibatkan simbol NU maupun lajnah, atau organisasi badan otonom (banom) NU. "Alhamdulillah, setelah dilakukan cross cek ternyata dalam aksi penyerangan itu tidak melibatkan NU," tutur pengasuh Ponpes Zainal Hasan Genggong Probolinggo, Selasa (15/2) malam.

Berdasarkan laporan PCNU Kabupaten Pasuran, kata Mutawakkil, penyerangan itu terjadi dimungkinkan karena sudah ada permusuhan antara penggerak penyerangan dengan pengasuh Ponpes Ma'hadul Islamiyah YAPI. "Kejadian penyerangan ini bukan kali pertama terjadi," jelasnya.

Kemungkinan yang lain, memang ada gerakan yang sistematis dan masif ingin membuat kekacauan di Pasuruan dengan memanfaatkan isu SARA yang sekarang lagi hangat. Kendati demikian, sambung Mutawakil, kalau toh Ponpes tersebut mengajarkan ajaran Syiah seperti yang diisukan. Maka menurut Kiai Mutawakkil, itu jelas tidak sama dengan ajaran Ahmadiyah.

"Ahmadiyah itu jelas menyimpang dan menodai Islam, tapi kalau Syiah itu Manhaj, yakni cara pandang memahami dan mengamalkan Islam lain dengan kita (Alussunnah wal Jamaah). Jadi masyarakat jangan mudah terprovokasi oleh pihak ketiga yang ingin memanfaatkan situasi untuk memperkeruh suasana," ujar Mutawakkil.

PWNU Provinsi Jatim juga menghimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya warga NU agar dalam menyikapi situasi yang cukup panas ini hendaknya menghindari gerakan fisik yang melibatkan massa dalam menyikapi isu SARA. "Hati-hati dalam isu SARA sebab bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement