Sabtu 02 Oct 2010 02:06 WIB

Harga Tinggi, Pengadaan Beras Bulog Indramayu Terhenti

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Budi Raharjo
Beras Bulog, ilustrasi
Foto: Antara
Beras Bulog, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU--Memasuki akhir masa panen raya, harga gabah di tingkat petani masih tinggi. Akibatnya, Bulog pun kesulitan melakukan pengadaan beras.

'’Pengadaan beras oleh mitra kerja menjadi terhenti,’’ ujar Kepala Sub Divre Bulog Indramayu, Sudarsono, kepada Republika, di Indramayu, Jumat (1/10).

Sudarsono mengatakan, para mitra kerja tidak sanggup mengimbangi tingginya harga gabah di tingkat petani. Pasalnya, selisih antara harga gabah di pasaran dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sangat jauh.

Berdasarkan pantauan Republika di sejumlah sentra gabah, harga gabah kering giling (GKG) saat ini mencapai Rp 4.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga gabah kering panen (GKP), rata-rata Rp 3.300–Rp 3.500 per kg. Padahal, HPP untuk GKG hanya Rp 3.300 per kg dan HPP GKP Rp 2.640 per kg.

Tak hanya gabah, harga beras di pasaran juga saat ini masih tinggi. Di Pasar Baru Indramayu, harga beras kualitas satu mencapai Rp 6.600 per kg, beras kualitas II seharga Rp 6.400 per kg, dan beras kualitas III Rp 6.200 per kg. Sedangkan HPP beras di gudang Bulog mencapai Rp 5.060 per kg.

Sudarsono menjelaskan, terhentinya pengadaan beras oleh para mitra kerja menyebabkan prognosa Bulog Indramayu belum tercapai. Pada tahun ini, prognosa beras Bulog Indramayu mencapai 90 ribu ton. Namun saat ini, pengadaan beras yang berasal dari para mitra kerja baru sekitar 71 ribu ton, dan gabah 9.650 ton. Pencapaian jumlah itu sama dengan setara beras 76 ribu ton. '’Berdasarkan perjanjian, pengadaan beras dari mitra kerja akan berlangsung sampai akhir tahun ini,’’ kata Sudarsono.

Sudarsono menambahkan, meski pengadaan beras saat ini terhenti, namun stok yang ada di gudang Bulog masih sekitar 51 ribu ton setara beras. Dia menjelaskan, jumlah tersebut cukup untuk memenuhi stok penyaluran raskin hingga 20 bulan mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement