Rabu 10 Nov 2010 04:23 WIB

Merapi Catat Sejarah Baru

Rep: Yulianingsih/ Red: Endro Yuwanto
Gunung Merapi
Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Gunung Merapi pada 2010 ini mencatat sejarah baru dalam data letusannya. Gunung teraktif di dunia yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini mengeluarkan letusan terhebatnya dibandingkan letusan-letusan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari banyaknya jumlah material vulkanik yang dimuntahkannya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, mengatakan, berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tehnologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, material vulkanik yang telah dikeluarkan Merapi sejak meletus tanggal 26 Oktoebr 2010 lalu hingga saat ini sudah mencapai 140 juta meterkubik dan seluruhnya tertampung di 12 sungai yang berhulu di Merapi.

"Ini sudah melampaui letusan terhebat tahun 1872. Karena berdasarkan keterangan letusan terhebat tahun itu hanya mengeluarkan material sebanyak 100 juta meter kubik," ujar Syamsul di Pusdalops BNPB Yogyakarta, Selasa (9/11). Karena itulah Merapi dinilai telah membuat sejarah baru dalam siklus letusannya.

Letusan tahun 2010 ini pun juga sepuluh kali lebih besar dari letusan tahun 2006 lalu. Karena letusan tahun 2006 material vulkanik yang dimuntahkan gunung tersebut hanya 14 juta meter kubik. "Berarti tahun ini sepuluh kalinya, itu sudah melampaui puncak sejarah letusannya selama ini," tegas Syamsul.

Kepala BPPTK Yogyakarta, Dr Subandriyo membenarkan pernyataan Syamsul tersebut. Menurutnya, hal tersebut diukur dari indeks letusan. "Memang letusan tahun ini melebihi letusan tahun 1872," tandasnya. Meski sudah banyak material vulkanik yang telah dimuntahkan namun pihaknya, kata Subandriyo, tidak bisa memprediksikan apakah letusan Merapi tahun ini sudah mengalami klimaksnya atau belum.

Tetapi berdasarkan data seismik hingga pukul 12.00 WIB, Selasa, Merapi masih menunjukkan aktivitas erupsinya meskipun dengan intensitas menurun. Hal tersebut terlihat dari aktivitas tremor, awan panas, dan kegempaan yang sedikit menurun dibandingkan aktivitas tanggal 8 dan 7 November lalu.

Berdasarkan aktivitas saat ini, pihaknya, kata Subandriyo, masih menyatakan bahwa status aktivitas Gunung Merapi tetap pada tingkat Awas (level 4). Ancaman bahaya Merapi dapat berupa awan panas dan lahar. "Ini memang trendnya menurun, tetapi akan terus menurun atau jeda, sementara ini kami tidak tahu karena Merapi masih fluktuatif," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement