Sabtu 30 Oct 2010 01:19 WIB

Gubernur Sulut Ajak Warganya tak "Fanatik" Makan Nasi

Beras
Foto: sragen.go.id
Beras

REPUBLIKA.CO.ID, MINAHASA UTARA--Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, Sinyo H Sarundajang meminta warga setempat melakukan diversifikasi pangan selain beras karena ada banyak bahan pangan lain yang bisa dikonsumsi sebagai makanan pokok. "Sudah saatnya warga Sulut untuk tak bergantung kepada beras. Mulailah belajar untuk mengurangi konsumsi beras dengan menggantinya dengan ubi, sagu maupun jagung yang cukup melimpah," ujarnya dalam Peringatan Hari Pangan se-Dunia ke-30 di Sulut yang di pusatkan di Kabupaten Minahasa Utara, Jumat.

Sarundajang mengingatkan ketergantungan yang tinggi terhadap beras menimbulkan kurangnya stok beras sehingga kebutuhan beras terus meningkat sementara produksi di daerah itu hanya dapat ditingkatkan sebesar lima persen per tahunnya.

Itu sebabnya Sulut selalu mengimpor beras dari daerah lain bahkan mendatangkan dari negara lain karena kekurangan stok beras.

Pengurangan konsumsi beras sebagai makanan pokok juga di karenakan untuk mengantisipasi agar Sulut tidak terjadi krisis pangan seperti yang terjadi di daerah lain.

"Saat ini krisis pangan sedang melanda dunia. Kita harus mengantisipasinya dengan tidak bergantung kepada nasi sebagai makanan pokok setiap harinya. Masih banyak bahan pokok alternatif yang bisa dikembangkan untuk mengantikan beras sebagai bahan pokok makanan," katanya.

Ditambahkan Sarundajang, saat ini penduduk dunia sekitar 6,8 miliar. Penduduk sebanyak itu setiap 25 tahun bertambah dua kali lipat dan diprediksi dalam 25 tahun mendatang menjadi sekitar 10 miliar.

Padatnya manusia di planet bumi tersebut tentu akan meningkatnya kebutuhan bahan pangan sementara kemampuan bumi dalam memproduksi bahan pangan sangat terbatas.

"Jadi jangan heran kalau setiap harinya harga-harga kebutuhan pokok terus meningkat karena tingginya kebutuhan pangan dunia," tandasnya.

Sementara itu dampak pemanasan global sulit dihindari yang mengakibatkan terjadinya krisis pangan di belahan dunia.

Pengaruh pemanasan global tersebut sangat besar terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Bisa dibayangkan kata Sarundajang, pengaruh pemanasan global dalam sehari 0,27 derajat celcius dan kenaikannya rata-rata hingga 0,9 derajat celcius. "Bisa dibayangkan kalau pengaruh pemanasan global hingga dua derajat celcius maka air laut bisa naik sekitar 30 centimeter. Itu artinya banyak bumi yang tenggelam dan menjadi lautan. Ini yang harus kita antisipasi," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement