Ahad 04 Apr 2010 19:38 WIB

Kapal Nelayan Indramayu Dihadang Perompak

Rep: Lilis Sri Handayani / Red: Endro Yuwanto

INDRAMAYU--Aksi perompakan terhadap kapal-kapal nelayan, masih terjadi di sejumlah perairan Indonesia. Kali ini, kondisi tersebut dialami tujuh kapal nelayan asal Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, saat sedang mencari ikan di perairan Pulau Batu, Sumatra.

Adapun tujuh kapal nelayan itu di antaranya kapal motor (KM) Kambayana, KM Sinar Jaya, dan KM Alindo. Setiap kapal terdiri dari seorang nahkoda dan anak buah kapal (ABK) yang rata-rata berjumlah sepuluh orang.

''Kami berangkat dari Eretan empat hari yang lalu,'' ujar salah seorang nelayan, Asnadi, saat ditemui di Desa Eretan Kulon, Ahad (4/4).

Asnadi mengungkapkan, para nelayan rencananya akan mencari ikan di perairan Pulau Batu selama sepuluh hari hingga dua minggu. Menurut dia, hasil tangkapan ikan di perairan tersebut lebih banyak dibandingkan perairan Indramayu.

Namun, lanjut Asnadi, ketika para nelayan baru sampai di perairan Pulau Batu, tiba-tiba datang sebuah kapal perompak. Awalnya, para nelayan tidak curiga dan menduga kapal tersebut adalah kapal nelayan biasa.

Ternyata, setelah semakin dekat, awak kapal perompak yang berjumlah sekitar lima orang itu langsung mengacungkan senjata api maupun senjata tajam berupa parang. Mereka pun berusaha untuk menaiki salah satu kapal milik nelayan. ''Melihat hal itu, kami tentu takut dan langsung berusaha melarikan diri,'' tutur Asnadi.

Hal senada diungkapkan nelayan lainnya, Dasna. Saat perompak itu berusaha menyerang salah satu kapal milik temannya, dia baru saja menebarkan jaring ikan ke tengah laut. Karenanya, dia dan rekan-rekan satu kapalnya segera menarik jaring kembali dan bergegas meninggalkan perairan tersebut. ''Kalau terus bertahan, sama saja artinya kami menyerahkan nyawa,'' kata Dasna.

Karenanya, seluruh kapal itu memutuskan untuk kembali pulang ke Indramayu. Mereka sampai ke muara Desa Eretan Kulon pada Sabtu (3/4).

Dasna mengungkapkan, kepulangan mereka kembali ke Indramayu telah menimbulkan kerugian yang besar. Pasalnya, pemilik kapal terlanjur telah mengeluarkan modal untuk berangkat melaut. Setiap kapal, rata-rata membutuhkan modal Rp 20 juta hingga Rp 30 juta. ''Modal sudah keluar, tapi hasil tidak dapat,'' keluh ayah tiga orang anak itu.

Tak hanya pemilik kapal, kerugian pun dialami para ABK. Pasalnya, mereka pulang dengan tangan kosong tanpa bisa memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Kuwu Desa Eretan Kulon, Amin, membenarkan peristiwa yang dialami para nelayan yang menjadi warganya itu. Bahkan, tindakan para perompak memang telah lama membuat resah di kalangan nelayan.

Amin menambahkan, para nelayan selama ini telah melaporkan banyaknya aksi perompakan di laut kepada aparat terkait. Namun hingga kini, peristiwa perompakan masih terus mengancam para nelayan. ''Kasihan warga saya yang sebagian besar menjadi nelayan,'' ujar Amin.

Amin berharap, aparat keamanan memperketat pengamanan di perairan Indonesia. Pasalnya, perairan tersebut menjadi sumber kehidupan bagi nelayan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement