Jumat 11 Mar 2011 19:30 WIB

Masyarakat Berbondong Tinggalkan Pantai

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Johar Arif
Petugas Filipina menjelaskan tsunami akibat gempa di Jepang yang menjalar ke negara-negara lain
Foto: AP
Petugas Filipina menjelaskan tsunami akibat gempa di Jepang yang menjalar ke negara-negara lain

REPUBLIKA.CO.ID,TALAUD-Sekitar jam 17.00 WITA, masyarakat di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara mendapat kabar mengejutkan. “Ada potensi tsunami yang kemungkinan menerjang pulau pada jam 18.00 hingga 20.00,” begitu kabar dari pemerintah setempat, kata seorang warga bernama Tuong Kesong kepada Republika, Jum'at (11/3).

 Kabar ini langsung menimbulkan kepanikan. Deru mesin sepeda motor langsung bersahutan. Warga meninggalkan rumah. “Begitu mendapat peringatan dari pemerintah setempat, masyarakat langsung cepat-cepat mengungsi. Hanya dalam setengah jam, wilayah di pesisir kosong,” kata Tuong, yang juga mantan Sekda Kepulauan Talaud.

 Tuong ikut mengungsi bersama keluarga. Bersamanya turut dibawa sejumlah harta benda. “Yang terpenting itu surat berharga,” ujarnya. Pun halnya dengan warga Talaud lain, mereka membawa beraneka ragam benda, mulai dari kompor, lampu, hingga alas tidur. “Sekarang kami beserta barang-barang bawaan telah berada di zona pengungsian sementara di atas gunung,” ungkapnya.

 Praktis hampir semua kawasan di gugusan pulau paling utara Sulawesi itu kosong. Sebuah gunung di tengah pulau menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri. “Sekarang semua sudah tenang. Tidak ada kepanikan. Kami hanya menunggu melihat kondisi terakhir,” katanya.

 Di Talaud sendiri belum ada tanda-tanda kedatangan tsunami. Sempat terjadi badai yang menerjang pulau, selebihnya cuaca dalam kondisi cerah. “Laut masih tenang,” tambahnya.

 Kepanikan juga melanda kota Manado. Asmarani, seorang warga yang tinggal di Kecamatan Mahakeret mengatakan kepanikan kontan melanda begitu ada peringatan akan potensi tsunami. ”Pengumuman dilayangkan pemerintah lewat SMS. Tapi sebagian besar masyarakat mengetahui bahaya tsunami dari siaran televisi,” ungkap Asmarani. Toko langsung ditutup. Jalanan disesaki kendaraan yang hendak mengungsi maupun warga yang berlari.

 “Jalanan langsung macet. Semua menghindari kawasan bibir pantai menuju daerah yang lebih tinggi,” ungkap Rani yang sempat panik karena sekolah anaknya hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai.

 Beruntung bagi Rani, sang anak berhasil dievakuasi dan kini berada dalam pelukannya di kediaman yang berjarak 500 meter dari pantai. “Sekarang daerah pantai sudah kosong. “Semua dilarang mendekat ke pantai,” tukasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement