Kamis 23 Aug 2018 15:52 WIB

Relawan Manfaatkan Asian Games untuk Praktik Bahasa Asing

Menjadi relawan merupakan ajang belajar memasuki dunia profesionalitas.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Indira Rezkisari
Relawan dengan mengunakan seragam volunteer ASEAN Games 2018 berfoto pada  acara peluncuran portal volunteer ASIAN Games 2018 untuk Games Times dan pengenalan seragam volunteer di Markas INASGOC, Jakarta, Kamis (18/1).
Foto: Republika/Prayogi
Relawan dengan mengunakan seragam volunteer ASEAN Games 2018 berfoto pada acara peluncuran portal volunteer ASIAN Games 2018 untuk Games Times dan pengenalan seragam volunteer di Markas INASGOC, Jakarta, Kamis (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang membutuhkan tenaga dari ribuan relawan. Panitia pelaksana Asian Games Inasgoc merekrut relawan dari kalangan umum. Ada banyak sekali relawan yang merupakan kalangan muda dari umum dan juga mahasiswa dari berbagai kampus.

Salah satu relawan Danies Almas Thifal saat berbicara dengan Republika.co.id mengatakan kalau ia sangat bangga bisa menjadi bagian dari Asian Games kali ini. Danies mendaftar menjadi relawan Asian Games begitu ia mendengar ada rekrutmen terbuka dari Inasgoc. Danies mendaftar melalui situs resmi Asian Games.

Mahasiswi jurusan Pendidikan Masyarakat Universitas Negeri Jakarta itu sudah mulai bertugas di kawasan Gelora Bung Karno Senayan Jakarta sejak Rabu (15/8) pekan lalu. Tugas Danies adalah membantu mengarahkan para atlet, ofisial, dan penonton Asian Games ke tujuan masing-masing di GBK.

Manfaat yang sudah dirasakan Danies selama hampir 10 hari betugas di Asian Games adalah ia bisa mengeluarkan kemampuannya dalam berbahasa asing. Gadis asal Garut Jawa Barat itu fasih berbahasa Inggris. Di ajang Asian Games ini ia harus berinteraksi dengan sejumlah tamu dari negara lain.

"Manfaat utama saya jadi relawan Asian Games ya jadinya improve kemampuan bahasa Inggris. Selama ini kan belajar di kelas. Sekarang bisa praktik langsung," kata Danies.

Kendala baru dialami Danies bila bertemu tamu negara asing yang tidak pandai berbahasa Inggris. Danies pun berkomunikasi dengan isyarat.

Selama jadi relawan, Danies mendapatkan fasilitas kostum, uang saku, transport, makan dan akses kendaraan untuk di GBK. Tapi Danies tidak memperioritaskan bentuk fisik yang ia dapat di Asian Games kali ini. Danies merasa pengalaman dan ilmu yang ia dapatkan jauh lebih berharga. Selain bisa berinteraksi dengan orang Asing, Danies juga jadi paham mengenai profesionalitas bekerja.

Misalkan saat ada tamu yang menanyakan sesuatu atau butuh bantuannya, ia harus berpikir cepat untuk membantu apa yang ia bisa. "Jadinya saya merasa terlatih untuk kerja dan berpikir cepat," ujar Danies yang berjalan di salah satu titik di depan Senayan JCC.

Hal  yang sama dirasakan Cintya Ayu Andarini yang bertugas di mesin pemindai untuk memasuki venue cabang olahraga Renang. Cintya merasa tertantang dengan bertemu orang dari berbagai macam negara di Asia. Sehari-hari bahasa asing yang digunakan  Cintya adalah bahasa Inggris. Bila ada tamu yang tidak bisa berbicara bahasa Inggris, Cintya akan membuka aplikasi Google translate di gawainya.

Ia akan meminta tamu tersebut untuk menuliskan kalimat untuk menyebutkan tujuan dan keperluannya. Nantinya Cintya juga akan menjawab dengan fitur Google translate.

Selain praktik bahasa asing, mahasiswi jurusan Ilmu Kesehatan  UPN Jakarta itu juga belajar kerja disiplin selama jadi relawan. Ia harus tepat waktu dan sigap selama bertugas. "Asian Games memberikan saya dan teman-teman lain pengalaman baru," ujar Cintya.

Asian Games kali ini memang menyimpan banyak memori baik. Atlet Filipina Maxine Isabel Esteban mengaku masih belum bisa melupakan kemeriahan di pesta pembukaan Asian Games di Gelora Bung Karno, Sabtu (18/8) malam WIB kemarin. Atlet cabor anggar itu mengaku takjub dengan kemasan pesta pembukaan yang disajikan Indonesia. Hal yang paling membuat Maxine terkagum ialah adanya pameran kolosal kapal laut yang dinaiki sejumlah pendekar Indonesia.

"Saya sangat terkesan dengan opening ceremony Asian Games kali ini. Terutama saat ada kapal-kapal memasuki panggung," kata Maxine, melalui keterangan pers.

Selain soal pesta pembukaan, Maxine juga puas dengan penyelenggaraan Asian Games Jakarta Palembang. Ia menuturkan transportasi yang difasilitasi Indonesia sangat memudahkan perjalanan atlet untuk latihan dan juga bertanding. Ia melihat transportasi yang memadai juga membuat mereka nyaman.

"Transportasi yang disediakan panitia juga baik," ujar Maxine. Peraih medali perunggu di SEA Games Kuala Lumpur 2017 itu merasa tidak perlu beradaptasi lagi dengan suasana di Jakarta. Maxine merasa kondisi di Jakarta dengan Manila tidak jauh berbeda. Sehingga ia tidak perlu melakukan persiapan khusus untuk penyesuaian kondisi fisik di Indonesia.

Maxine akan turun di pertandingan cabor anggar. Ia berharap bisa mempersembahkan prestasi di Jakarta. Anggar dipertandingkan di Jakarta Hall Convention Centre GBK. Maxine menyebut lawan berat yang mungkin akan ia jumpai adalah dari kontingen Korea Selatan.

"Semoga Filipina bisa meraih banyak prestasi di Asian Games yang diadakan di negara yang ramah ini," kata Maxine menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement