Selasa 01 Mar 2011 20:10 WIB

Mendiknas: 40 Ribu Mahasiswa Miskin Terima Beasiswa

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Semua masyarakat miskin di Indonesia, sekarang tidak perlu bingung melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Karena, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memiliki program bidik misi untuk semua mahasiswa tidak mampu. Menurut Mendiknas M Nuh, pada 2010 pihaknya membebaskan biaya pendidikan 20 ribu mahasiswa. Tahun ini, ada 20 ribu mahasiswa lagi yang akan memperoleh beasiswa melalui program bidik misi tersebut.

"Program ini memang dikhususkan untuk mahasiswa dari masyarakat menengah ke bawah atau mahasiswa tidak mamapu. Mereka, sama sekali tidak bayar," ujar M Nuh kepada wartawan usai mengunjungi salag satu mahasiswa UPI penerima program bidik misi, Senin (28/2).

Menurut M Nuh, semua perguruan tinggi negeri harus menjalankan program bidik misi ini. Total Perguran Tinggi Negeri di Indonesia yang sudah menjalankan program bidik misi saat ini ada sekitar 100 perguruan tinggi. Depdiknas, pada 2010 mengaggarkan dana Rp 250 miliar untuk program ini. Tahun ini, anggaran tersebut bertambah menjadi Rp 500 miliar.

"Tahun kemarin kan 20 ribu mahasiswa. Tahun ini, ditambah lagi oleh mahasiswa baru 20 ribu. Jadi, anggarannya meningkat. Bahkan, kami berharap jumlah mahasiswa yang menerima program bidik misi tahun ini bisa naik jadi 30 ribu," papar M Nuh.

M Nuh mengatakan, program ini khusus untuk perguruan tinggi negeri karena umumnya perguruan tinggi tersebut suddah memiliki perpustakaan yang besar. Jadi, semua mahasiswa yang tidak mampu tersebut tidak perlu memikirkan biaya untuk membeli buku. "Mahasiswa program bidik misi ini,  Semester 4 dan 5 bisa nyambi sambil kerja," katanya.

M Nuh mengatakan, untuk mengecek program ini berjalan atau tidak, dirinya melakukan kunjungan ke beberapa rumah mahasiswa yang menerima program bidik misi. Salah satu mahasiswa program bidik misi yang dikunjungi tersebut adalah mahasiswa UPI Jurusan Pendidikan Manajemen Bisnis Semester 2.

Mahasiswa ini, tinggal di Jl Baladewa No 10 Rt 4/Rw 8 Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo-Bandung. "Dari hasil kunjungan ini, mahasiswa tersebut mengaku mereka memang tidak harus membayar. Ternyata, mereka diberi beasiswa Rp 500 ribu, tanpa ada potongan. Saya cek barangkali ada potongan, mahasiswanya mengaku dana yang diterima, langsung ke rekening," ujarnya.

M Nuh mengaku, dirinya mengunjungi mahasiswa program bidik misi ini ada tiga misi. Pertama, untuk mamastikan program bidik misi ini tepat. Kedua, untuk memberikan motivasi. Ketiga, mahasiswa tersebut bisa membimbing pelajar di sekitar lingkungannya agar bisa masuk ke PTN juga. "Sekarang, sudah tidak ada alasan lagi mahasiswa dikeluarkan dari kampus karena masalah biaya. Masyarakat miskin pun, sekarang bisa kuliah," tegasnya.

Sebelum program bidik misi ini ada, kata dia, dari data yang ada di Depdiknas sekitar 94 persen mahasiswa berasal dari masyarakat menengah ke atas. Kalau ini tidak diantisipasi, maka akan terjadi proses pemiskinan secara terstruktur. Oleh karena itu, program bidik misi ini pun dijalankan.

Sementara menurut mahasiswa penerima program bidik misi yang dikunjungi Mendiknas M Nuh, Mardalita Anugrowati, dirinya sangat berterima kasih ke pemerintah karena memiliki program bidik misi ini. Mardalita mengaku, saat tamat SMK dirinya bingung akan melanjutkan kemana karena tidak memiliki biaya. Untung lah, kata dia, pihak rektorat UPI memberikan informasi tentang program ini.

"Program ini, sangat membantu masyarakat miskin seperti kami. Sekarang, kami jadi bisa kuliah secara gratis. Setiap bulan, dapat uang saku untuk ongkos lagi," kata Mardalita.

Mardalita berharap, akan semakin banyak masyarakat miskin yang bisa kuliah. Sehingga, bisa memperbaiki ekonomi keluarganya. Sebelum tahu ada program ini, Mardalita mengaku tidak bermimpi untuk kuliah. Karena, penghasilan ayahnya sebagai tukang jahit sangat pas-pasan. Yaitu, sekitar Rp 600 ribu perbulan.

"Pendapatan ayah saya cuma Rp 600 ribu, mau dipakai kuliah gimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih kurang," tutur Mardalita yang tinggal di gang sempit itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement