Kamis 24 Feb 2011 17:31 WIB

MUI: Sumpah Pocong Bisa Redam Isu Santet

Santet, ilustrasi
Foto: silenceforum.blogspot.com
Santet, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,SUMENEP - Sumpah pocong bisa menjadi solusi meredam isu santet di kalangan warga sekaligus mencegah munculnya aksi kekerasan. Demikian kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumenep, KH A. Shafraji.

"Kami kebetulan beberapa kali diminta menjadi pemimpin ritual sumpah pocong di sejumlah tempat. Secara kasat mata, sumpah pocong memang bisa meredam isu santet di kalangan warga," kata Shafraji di Sumenep, Madura, Kamis (24/2).

Shafraji menjelaskan isu santet memang hal yang sensitif dan bisa menggerakkan massa untuk melakukan aksi kekerasan kepada orang yang dituduh memiliki ilmu santet atau sihir. "Ini sebenarnya persoalan lama dan sudah terjadi sejak dulu. Namun, hingga sekarang, isu santet sering berubah menjadi aksi kekerasan,'' katanya. ''Ini memang harus dicegah oleh semua elemen masyarakat, termasuk kami."

Di kalangan warga, pelaksanaan sumpah pocong sering dianggap sebagai jalan keluar bagi orang yang dituduh telah melakukan santet. Sumpah pocong untuk membuktikan bahwa tertuduh tidak memiliki ilmu santet.

"Kalau orang yang dituduh memiliki ilmu santet siap disumpah pocong, biasanya warga setempat agak bisa berbaik sangka. Dalam konteks ini, kami menilai sumpah pocong memang bisa menjadi solusi. Bahkan untuk sementara, sumpah pocong satu-satunya solusi untuk meredam isu santet," paparnya.

Isu santet, kata dia, lebih bernuansa sebagai sebuah pengejawantahan sikap buruk sangka warga kepada orang yang dituduh memiliki ilmu santet. Kiai Shafraji juga mengemukakan bahwa pelaksanaan sumpah pocong tidak dilarang dalam Islam.

"Dengan mengatakan bersumpah demi Allah, sebenarnya itu sudah punya konsekuensi berat. Dalam penilaian kami, sumpah pocong itu layaknya sumpah dengan pemberatan. Karena, orang yang bersumpah itu dibungkus kain kafan layaknya mayat. Dan ketika bersumpah, di atas kepalanya terdapat Al Quran," katanya.

Berdasarkan data Polres Sumenep ejak Desember 2010 hingga Februari 2011, terjadi tiga kali aksi kekerasan berdalih isu santet yang menyebabkan korban tewas. Yakni, di Kecamatan (Pulau) Talango, Batu Putih, dan Dasuk.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement