Selasa 14 Dec 2010 04:27 WIB
Melancong Bersama Abah Alwi

Jejak Arab di Batavia

Rep: MIS/ Red: Johar Arif

Harian Umum (HU) REPUBLIKA untuk pertama kali akan menyelenggarakan wisata ke ‘Kotga Toea” dan tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Dalam wisata bertitel 'Melancong Bersama Abah Alwi' yang akan digelar Ahad, 9 Januari, mulai 09.00 WIB ini, HU Republika mengajak mereka yang berminat untuk menelusuri ‘Jejak Arab di Batavia’. Peran keturunan Arab di Indonesia, baik di bidang agama, pendidikan, maupun politik cukup besar. Peserta dibawa untuk mendatangi Pekojan, Jakarta Barat, yang letaknya berdekatan dengan China Town, Glodok.

Pemilihan Pekojan sangat tepat, karena dari tempat inilah awal warga Arab ditempatkan di Jakarta sebelum mereka berpindah dan mendiami perkampungan-perkampungan lain di Jakarta. Sampai tahun 1950-an, penduduk Pekojan masih didominasi keturunan Arab.

Meskipun kini mereka minoritas dan digantikan keturunan Cina, tapi peninggalan-peninggalan mereka masih kita dapati hingga sekarang, baik masjid-masjid tua yang masih tetap berdiri kokoh, mushola, tempat pendidikan, maupun gedung-gedung tua dengan arsitektur Moor (sebutan untuk orang Islam).

Abah Alwi, wartawan senior Republika yang mendalami sejarah kota Jakarta, akan mengajak kita untuk mendatangi tempat-tempat tersebut dengan kisah sejarah yang telah berusia lebih dari dua abad. Salah satunya bekas Madrasah Jamiat Kheir, madrasah pertama di Indonesia yang didirikan 1901 dengan sitstem modern (kelas).

Di sepanjang Jalan Pekojan Raya, para peserta akan dibawa menelusuri Masjid Langgar Tinggi yang dibangun oleh Said Na’um, seorang kapiten Arab, pada abad ke-19 yang sebelumnya merupakan sebuah mushola kecil. Kita juga akan mendatangi Masjid An-Nawir yang letaknya tidak jauh dari Masjid Langgar Tinggi.

Di sepanjang jalan di pinggir Kali Angke, rumah-rumah Moor sampai 1989 merupakan rumah tinggal paling tua di Jakarta. Sayangnya, sebagian besar gedung-gedung tua ini telah beralih fungsi menjadi gudang dan tempat usaha, termasuk bekas kediaman pendiri Jamiat Kheir (1901), Sayid Ali Shahab, dan pendiri Al-Irsyad, Sheikh Ahmad Syurkati.

Sebelum mendatangi Pekojan, kita terlebih dulu singgah di Balaikota (Stadhuis) Batavia di Jalan Fatahillah 1 yang kini menjadi Museum Sejarah DKI Jakarta. Di sini kita akan diterima oleh Ketua UPT (Unit Pelaksana Tugas) Kota Tua, Chandrian Attahiyat. Para peserta akan dibawa menikmati film mengenai ‘Kota Batavia’ tahun 1930-an. Gedung yang dibangun  pada abad ke-18 ini dikagumi oleh Raja Yuliana dari Inggris dan Ratu Beatrix dari Belanda ketika berkunjung ke Indonesia.

Di sini, kita diantar untuk menyaksikan peninggalan masa VOC dengan penjara bawah tanahnya yang mengerikan, termasuk ‘pedang keadilan’ yang kala itu digunakan untuk menabas mereka yang dihukum mati. Kita akan berada di tempat ini sekitar satu jam untuk kemudian ke Pekojan.

Untuk santap siang, peserta akan disuguhi hidangan nasi kebuli di rumah keluarga Alatas, sepupu  almarhum mantan Menlu Ali Alatas, yang kini dilestarikan. Dilanjutkan dengan minum kopi jahe khas Pekojan. Nasi kebuli Pekojan paling terkenal di Jakarta.

Peserta yang berminat silahkan mendaftar kepada Saudara Sudarminto di nomor telepon 021-780374747 Ext 325/081399058843.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement