Selasa 30 Nov 2010 23:56 WIB

BMI Optimalisasi Bisnis

Rep: Yogie Respati/ Red: Budi Raharjo
BMI
BMI

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Muamalat Indonesia (BMI) berancang-ancang melakukan pengoptimalan sebagai international banking 2011. Langkah tersebut meliputi sisi produk maupun kantor cabang BMI yang ada di Malaysia.

Direktur Treasury and International Banking BMI, Farouk A Alwyni, mengatakan salah satu yang dilakukan BMI adalah meninjau beberapa rekanan di trade finance dan remittance. “Misalnya kita sudah kerja sama dengan Islamic Development Bank (IDB) untuk trade finance, tapi produknya belum ada dan remittance kita juga akan ditinjau lagi kerja sama dengan sejumlah pihak di luar negeri,” katanya saat ditemui Republika, beberapa waktu lalu.

Ia menargetkan seluruhnya bisa selesai pada tahun ini sehingga penjualan langsung dapat dilakukan tahun depan. Farouk mengungkapkan, kerja sama remittance BMI dengan sejumlah pihak ditinjau kembali dan dilakukan revitalisasi agar dapat lebih ditingkatkan, di antaranya dengan Maybank, Bank Muamalat Malaysia, National Commerce Bank, dan menjajaki kerja sama dengan salah satu operator transfer uang di Malaysia.

“Selain itu, kita juga dapat tawaran dari Dubes RI di Kuwait untuk menangani remittance gaji tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di sana. Ini jadi peluang untuk kita, tapi sekarang kita belum bahas lebih lanjut karena harus menjalin rekanan juga dengan bank di Kuwait,” tukas Farouk.

Ia menuturkan, saat ini setidaknya pemasukan dari remittance sekitar Rp 7 miliar. Pada 2011 BMI berniat melipatgandakan jumlah tersebut dengan turut memperkuat jaringan dan promosi, termasuk sosialisasi ke kantor-kantor cabang BMI.

Di sisi lain, Farouk mengatakan, BMI juga mencoba mengoptimalkan kantor cabang di Malaysia dengan meminta izin BI agar kantor BMI yang berlokasi di Kuala Lumpur itu dapat mengikuti standar syariah di Malaysia sehingga produk yang ditawarkan di sana menjadi lebih beragam.

Selain itu, tambah Farouk, untuk pengembangan produk treasury, pihaknya berupaya mengajukan produk komoditas murabahah ke Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia untuk dimintai fatwanya. Namun, saat ini ia masih menunggu hasil dari DSN.

Sementara itu, untuk bisnis lainnya, Farouk mengungkapkan, BMI juga membidik proyek-proyek besar di Tanah Air yang sekiranya dapat disindikasi dengan pihak dari luar. “Ada juga pembicaraan dengan pihak luar negeri tentang sekuritisasi, jika ada aset yang bisa disekuritisasi. Untuk hal ini, kita terbatas dan membuka diskusi dengan perusahaan sekuritas. BMI bisa terlibat saat due diligence atau investasi,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement