Kamis 25 Nov 2010 16:43 WIB

Persepsi yang Salah Tentang Tubuh Ideal

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Fitnes untuk membentuk tubuh ideal, ilustrasi
Foto: Nonang/Republika
Fitnes untuk membentuk tubuh ideal, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Memiliki berat tubuh ideal merupakan dambaan setiap kaum hawa. Sayangnya, dambaan itu mengundang konsekuensi psikologis serius terhadap perempuan. Faktanya jalan pintas acap kali ditempuh guna mewujudkan hal itu.

Belum lagi masalah lain yang berujung pada obsesi atau harapan berlebihan. Sebuah survei yang digagas tim riset asal Texas, AS membuktikan kecenderungan itu. Disebutkan dalam hasil riset, seperempat perempuan muda dengan kelebihan berat badan menganggap diri mereka memiliki bobot tubuh yang ideal, sementara sebagian lain perempuan yang tergolong memiliki bobot ideal (16 persen) justru menganggap diri mereka terlalu gemuk.

Hasil riset juga menyebutkan perempuan kulit hitam dan hispanik tidak berpikir terlalu berlebihan ihwal bobot mereka. Sebaliknya, perempuan kulit putih justru terlalu berlebihan dalam memperhatikan bobot tubuhnya. Acap kali, sebut hasil riset tersebut, perempuan kulit putih yang sejatinya memiliki bobot ideal justru menganggap bobot tubuh mereka terlalu berlebih.

"Faktanya 30 persen perempuan AS yang tergolong kelebihan berat badan menganggap mereka memiliki bobot tubuh normal, sementara 70 persen dari mereka yang tergolong obesitas justru menganggap diri mereka hanya kelebihan berat badan, dan sisanya 39 persen perempuan menganggap diri mereka kelebihan berat badan," tulis peneliti dalam hasil riset yang dipublikasikan University of Texas Medical Branch at Galveston (UTMBG), Rabu (24/11).

Ketua tim riset, Mahbubur Rahman mengatakan masyarakat AS tengah mengalami mengalami sindrom bobot tubuh yang berlebihan.  "Ketika anda pergi ke suatu tempat, anda melihat masyarakat yang memiliki kelebihan berat badan menganggap diri mereka normal padahal tidak. Kira-kira itu yang terjadi di AS," kata Rahman, yang merupakan asisten Profesor Obestetrik dan Geakonologi, University of Texas Medical Branch at Galveston (UTMBG).

Karena itu, peneliti khawatir kesalahan persepsi macam itu berimplikasi pada sikap dan mungkin saja kesehatan. Seperti misal, seseorang yang memiliki berat badan berlebih dan mereka berpikir layaknya seseorang yang memiliki tubuh normal, maka perempuan tersebut akan mengkonsumsi makanan layaknya perempuan bertubuh normal. Kesimpulannya, pakem yang terbentuk justru salah jalan atau tidak nyambung.

"Sangat disayangkan, perempuan tidak bisa menurunkan bobot tubuh bila mereka tidak menerima diri mereka apa adanya. Semuanya dimulai dari situ," Keri Gans, juru bicara American Dietetic Association. " Jika mereka tidak menerima diri mereka, mereka tidak akan bisa mengadaptasikan gaya hidup sehat yang tepat. Artinya, mereka menempatkan diri mereka pada resiko yang lebih besar,"

Gans mengakui perempuan perlu menyadari arti kata normal. Kata normal, Gans melanjutkan, bukan persoalan angka melainkan cara yang tepat untuk memonitor berat tubuh. "Saya tidak berpikir kalau salah satu cara menjaga berat tubuh dengan melihat timbangan," ujar dia.

sumber : Healthday
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement