Selasa 23 Nov 2010 02:56 WIB

Tradisi Merokok di Kalangan Agamawan, Mengapa Sulit Diubah?

Rep: nashih/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) menyatakan sulit memberikan fatwa pelarangan rokok di kalangan agama Kristen Katolik. Hal ini menurut Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (KWI), Benny Susetyo, terjadi akibat pro-kontra di antara agamawan Kristen tentang hukum merokok itu sendiri.

Sebagian pemuka agama menentang rokok tetapi sebagian lainnya justru menganggap rokok sebagai tradisi dan kebiasaan."Sulit mengubah cara pandang agamawan tentang bahaya rokok,"ungkap dia dalam dialog antaragama "Peran Organisasi Keagamaan Dalam Pengendalian Dampak Produk Tembakau," di Gedung PP Muhammadiyah, Senin (22/11)

Oleh karena itu, dikatakan Benny, tantangan terbesar kampanye antirokok adalah mengubah pola pikir para agamawan. Para pemuka agama kerap menyodorkan pembenaran atas perilaku merokok mereka. Apalagi, iklan-iklan rokok yang ada tidak memberikan informasi menyeluruh tentang dampak yang diakibatkan rokok. Padahal rokok tak hanya mengancam kesehatan tetapi juga menimbulkan ketergantungan yang berujung pada pemiskinan dan pembodohan masyarakat.

Meskipun otoritas KWI tak bisa larang rokok, tetapi, kata dia, langkah pembatasan penyebaran rokok terus diupayakan utamanya melalui jalur pendidikan. Caranya, memberikan pemahaman dan pendisiplinan menghindari merokok. Upaya ini perlu didukung dengan kampanye massif bersama membendung penggunaan rokok di Indonesia yang semakin memprihatinkan. Tak kalah penting pemerintah didesak membatasi produksi rokok sekalipun diakui hal itu sulit diwujudkan. Pemerintah dianggap memiliki kepentingan dan daya menawar kepada produsen rokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement